Dosen UMM Beri Tips Cara Luapkan Marah Tanpa Menyakiti Orang Lain

Author : Humas | Senin, 05 Februari 2024 10:35 WIB
Ratih Eka Pertiwi, S.Psi., M.Psi. (Foto : Istimewa).

Marah merupakan hal yang wajar sebagai salah satu cara untuk meluapkan emosi. Namun, kemarahan yang tidak terkontrol ternyata dapat mempengaruhi hubungan individu dengan orang lain. Misalnya  saat marah, seseorang kerap mengucapkan kalimat yang menyakitkan hati hingga melukai fisik orang lain.

Melihat ini, Ratih Eka Pertiwi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen program studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang  memberikan tips meluapkan emosi tanpa menyakiti orang lain. Pertama, regulasi emosi. Regulasi emosi ialah kemampuan untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. “Usahakan untuk mengontrol emosi atau rasa marah tersebut, agar tidak dieskpresikan dalam bentuk perilaku-perilaku yang agresif, baik verbal maupun fisik. Meski demikian, meregulasi emosi itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, perlu latihan,” ucap Ratih.

Baca juga : Minat Perikanan Anak Muda Rendah, Dosen UMM Beri Solusinya

Ada berbagai macam cara untuk meregulasi emosi. Salah satunya dengan tarik nafas atau mengatur nafas. Saat emosi, seringkali ritme nafas seseorang jadi lebih cepat. Sehingga ketika nafasnya diatur, maka terdapat bagian di otak yang dapat meregulasi emosi serta secara otomatis dapat mengurangi ketegangannya.

Kedua, berpikir secara altrernatif. Jika ada pikiran buruk yang muncul, otomatis emosi yang dirasakan pasti negatif. Namun jika berpikir hal yang sebaliknya, seperti memandang situasi dengan cara yang berbeda, kemungkinan emosi yang dirasakan pun akan berbeda. Ketiga, melakukan kegiatan yang menyenangkan. “Bisa journaling, tidur, berolahraga, melakukan art teraphy seperti menari, melukis, menggambar,” jelasnya.

Dengan jurnaling, seseorang bisa meluapkan emosi diatas kertas tanpa perlu menyampaikannya secara langsung kepada yang bersangkutan. Tidur pun dapat menjadi salah satu solusi untuk meluapkan dan meredam emosi. Sebab ketika emosi kita perlu menenangkan diri sesaat, agar bisa lebih bijak dan jernih dalam berpikir.

Baca juga : Program Jelajah Nusantara Antarkan Mahasiswa UMM ini Jadi Duta Putri Jawa Timur

Namun emosi yang dirasakan tidak boleh didenial. Jika menumpuk, hal itu bisa menimbulkan akibat fisik yang disebut sebagai psikosomatis. Psikosomatis adalah istilah yang mengacu pada keluhan gejala fisik yang muncul akibat pikiran dan emosi yang dirasakan seseorang. Seperti nyeri pada bagian dada, sesak nafas, dan lain-lain.

“Jadi journaling, tidur, dan sebagainya itu bukan untuk mengalihkan amarahnya. ‘Biar ngga marah aku lari-lari ah’, tidak seperti itu. Rasa kecewa, marah itu harus diakui. Penting diingat bahwa memendam emosi merupakan solusi terburuk. Sebab, idealnya emosi memang harus diekspresikan,” pesannya. (dev/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image