Zulfikar Yusuf, M.Pd.I. (Foto: Istimewa). |
Bulan puasa menjadi momen yang dipenuhi dengan kebaikan. Tak terkecuali kebaikan untuk menyambung tali silaturahmi yang putus. Zulfikar Yusuf, M.Pd.I. selaku dosen prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjelaskan bahwa ini selaras dengan tujuan berpuasa yakni meningkatkan ketakwaan seseorang.
Takwa diartikan sebagai melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Islam, ibadah bukan hanya berdimensi pribadi, namun juga sosial. Maka seluruh aktivitas silaturahmi saat Ramadan maupun di luar Ramadan menjadi hal penting untuk meningkatkan spiritual sosial. Salah satunya dengan melatih dimensi pribadi dan sosial selama bulan suci.
Baca juga : Semarak Ramadan UMM: Muhammadiyah Organisasi yang Fleksibel
“Sebenarnya, silaturahmi tidak hanya dilakukan saat Ramadan saja. Apalagi mengingat bahwa apabila seseorang sedang mengalami emosi yang memuncak, tidak diperkenankan untuk memendam melebihi tiga hari. Jadi, bila terjadi kesalahpahaman antar sesama, segerakan untuk diselesaikan,”urainya.
Dalam Islam, pengakhiran atau memutuskan hubungan adalah tindakan yang sangat serius. Islam mengajarkan manusia untuk selalu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki diri. Allah SWT adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan kita sebagai hamba-Nya juga harus mengikuti teladan-Nya.
“Hal utama yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kualitas dan kematangan pribadi dalam aspek spiritual maupun individual. Karena dengan kematangan diri inilah yang mampu membendung kebencian dan kesalahpahaman. Perlu adanya upaya untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Bukan hanya sekadar nama dan asal saja, tapi juga memahami karakter yang dimiliki orang lain. Dengan mengenal ini, maka potensi kerenggangan akan berkurang karena satu sama lain telah saling memahami,” jelasnya.
Baca juga : Dosen UMM: Buku Penugasan Ramadan Berperan Bentuk Karakter Anak
Lebih lanjut, Zulfikar menuturkan, salah satu langkah penting dalam memperbaiki hubungan yang retak adalah dengan meminta maaf dan menawarkan permohonan maaf yang tulus. Saat meminta maaf, penting untuk berbicara dengan jujur dan tulus. Jelaskan dengan terbuka apa yang telah kita lakukan yang menyebabkan keretakan dalam hubungan. Setelah itu, tawarkan solusi untuk memperbaiki silaturahmi.
“Perbedaan adalah hal yang pasti terjadi di masyarakat, keluarga, bahkan pada diri pribadi. Namun setiap perbedaan perlu disikapi dengan baik. Maka saya menyarankan dalam kerangka teori tazkiyyatun Nafs atau teori pembersihan jiwa. Kebencian berasal dari apa yang dilihat dan dipikirkan. Semakin banyak hal negatif yang dilihat, akan memperngaruhi apa yang dipikirkan. Apa yang dipikirkan akan memberikan dampak pada hati. Bila yang masuk adalah negatif, maka pikiran dan hati akan menjadi ternodai. Namun bila yang masuk adalah hal yang positif, maka akan tercerahkan dan bersih hatinya,” tandasnya.
Dalam memperbaiki hubungan, komunikasi yang baik menjadi kunci utama. Dengarkan dengan penuh perhatian, sampaikan perasaan dengan jujur dan lembut, serta hindari konflik yang tidak perlu. Memperbaiki hubungan yang retak membawa pahala dan berkah besar di bulan Ramadan, membawa kedamaian batin, kebahagiaan sejati dan kedekatan dengan Allah. (bal/wil)