Dosen UMM Ungkap Jahatnya Olahan Tepung Untuk Tubuh

Author : Humas | Senin, 20 Mei 2024 13:53 WIB
Ns. Zaqqi Ubaidillah, M. Kep., Sp. Kep. MB (Foto : Istimewa).

Pilihan makanan berbahan dasar tepung kini menjadi favorit di kalangan individu yang memiliki jadwal sibuk. Kendati mudah ditemukan dan rasanya nikmat, namun ternyata jenis penganan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan. Ns. Zaqqi Ubaidillah, M. Kep., Sp. Kep. MB, spesialis keperawatan endokrin dan metabolik sekaligus dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengungkap dampak merugikan dari mengonsumsi tepung olahan bagi kesehatan manusia.

“Tepung olahan dapat berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan yang serius, termasuk penambahan berat badan, sindrom metabolik, diabetes, penyakit jantung, gangguan kognitif, kecanduan makanan, depresi, kanker dan jerawat,” ungkap Zaqqi.

Baca juga :  Berita Tim E-Sport Woman UMM Raih Juara Kompetisi Nasional

Lebih lanut, mengonsumsi tepung olahan, khususnya tepung terigu putih yang umum digunakan dalam roti dan makanan olahan, dapat berkontribusi pada pertambahan berat badan dan obesitas. Tepung olahan ini cenderung meningkatkan lemak dalam tubuh dan mengganggu proses oksidasi lemak yang berperan dalam membakar lemak untuk energi. Selain itu, konsumsi tepung olahan juga dapat memicu peradangan mikrobiota usus, yang dapat mengganggu metabolisme dan menyebabkan penambahan berat badan.

Konsumsi tepung olahan juga dapat menyebabkan resistensi insulin, yang merupakan prediktor penting dari sindrom metabolik dan diabetes tipe 2. Selain itu, makanan tepung banyak mengandung alloxan. Alloxan adalah senyawa kimia yang dapat menyebabkan gangguan pada sel beta pankreas yang menghasilkan insulin. Sel beta pankreas penting untuk menjaga kadar glukosa darah tetap stabil. “Alloxan secara khusus dapat merusak sel beta pankreas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes,” jelasnya.

Resistensi insulin yang disebabkan oleh konsumsi karbohidrat olahan juga berkontribusi pada tekanan darah tinggi atau hipertensi. Zaqqi mendorong untuk mengurangi karbohidrat olahan sebagai langkah pertama dalam mengelola hipertensi. Sebuah riset menjelaskan bahwa pola makan rendah karbohidrat olahan menyebabkan penurunan tekanan darah secara signifikan.

Baca juga : Sekjen Kesejahteraan Sosial Filipina Bicara di Hadapan Wisudawan UMM

Tepung olahan pun telah dituduh sebagai penyebab meningkatkan penyakit kardiovaskular. Ia menggarisbawahi bahwa konsumsi karbohidrat olahan menyebabkan ketidakseimbangan gula darah, peradangan sistemik, dan kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Selama berpuluh-puluh tahun, lemak dalam makanan sering disalah artikan sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Kesalahan ini berujung pada dikembangkannya pedoman diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat yang terkenal di Amerika Serikat.

“Perlu kita ketahui bahwa terdapat korelasi antara konsumsi karbohidrat olahan dan risiko kanker tertentu, seperti kanker payudara, usus besar, dan endometrium,” ucapnya.

Penelitian menunjukkan bahwa asupan karbohidrat olahan meningkatkan faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1), yang dapat memicu pembelahan sel dan memengaruhi risiko kanker. Dampak karbohidrat olahan terhadap risiko kanker mungkin lebih besar lagi bila dikombinasikan dengan komponen  yang tidak sehat lainnya, seperti bahan tambahan makanan. 

Dampak konsumsi tepung olahan juga dapat terlihat pada gangguan kognitif, seperti Alzheimer dan Parkinson. Resistensi insulin yang disebabkan oleh karbohidrat olahan dapat mengganggu fungsi otak, menyebabkan peradangan saraf, dan meningkatkan risiko gangguan kognitif. Resistensi insulin menyebabkan disfungsi otak dengan mengganggu transportasi glukosa ke otak, menginduksi peradangan saraf, mengubah plastisitas sinaptik (yang membahayakan kemampuan otak untuk belajar dan menghafal), dan merangsang produksi senyawa berbahaya yang disebut produk akhir glikasi lanjutan di otak.

Ia memperingatkan bahwa karbohidrat olahan pun dapat memicu kecanduan makanan dan meningkatkan risiko depresi. Pola makan tinggi karbohidrat olahan dapat mengganggu keseimbangan gula darah dan memengaruhi suasana hati. Tidak hanya itu, konsumsi tepung olahan juga dikaitkan dengan jerawat.

“Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya karbohidrat olahan bagi kesehatan, serta mempertimbangkan untuk mengganti sumber karbohidrat dengan pilihan yang lebih sehat. Misalnya saja biji-bijian utuh dan alternatif tepung non-terigu,” tegasnya.(dev/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image