Dua Fakultas Medis UMM Bedah Taktik Pembelajaran Anatomi selama Pandemi

Author : Humas | Senin, 26 September 2022 03:41 WIB
Prof. Dr. Eduardo Pons-Fuster Lopez dalam 2nd International Conference on Medical and Health Science (ICMedH) 2022 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Foto: Istimewa)

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi para pengajar, salah satunya pengajar di bidang kesehatan dan klinis. Sehingga inovasi-inovasi dan teknologi harus dikedepankan. Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Eduardo Pons-Fuster Lopez dalam 2nd International Conference on Medical and Health Science (ICMedH) 2022 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ia merupakan peneliti yang berasal dari Departemen Anatomi Manusia dan Psikobiologi Fakultas Kedokteran University of Murcia, Spanyol.

Adapun agenda tersebut diadakan secara daring oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Sabtu (24/7) lalu. Turut hadir lebih dari 70 peneliti dan pekerja kesehatan untuk menjelaskan artikel ilmiah sekaligus menambah jaringan kolaborasi. Pun dengan seratus mahasiswa yang ikut dan menyimak konferensi ini.

Lebih lanjut, Eduardo menjelaskan terkait tantangan dalam pembelajaran anatomi manusia selama pandemi. Selama ini, ia membagi pembelajaran dalam tiga skenario yakni virtual, hybrid dan luring. “Rancangan strategi pengajaran selama masa pandemi dilakukan secara virtual melalui zoom, di mana terdapat dokumentasi-dokumentasi pendukung berupa foto dan video pembelajaran. Ujian pun dilakukan secara daring. Ketika situasi sudah dirasa sedikit membaik, pembelajaran diubah menjadi model hybrid. Ketika sudah membaik, prosesnya bisa diubah menjadi offline dengan penerapan social distancing,” terangnya.

Baca juga: Green Customer Day, Ajang Garapan Amcor UMM-iLitterless Ajak Anak Muda Jaga Lingkungan

Ia juga telah melakukan evaluasi terkait pembelajaran anatomi selama pandemi. Data yang ada menunjukkan bahwa nilai ujian mahasiswa di bulan Januari 2020 lebih baik, dibandingkan bulan Juni dan Juli 2020 saat pandemi mulai menyerang. 

“Januari 2020 nilai rata-rata mahasiswa berada diangka 5,9/10 dan yang berhasil melewati ujian ada sebanyak 70%. Sedangkan ketika pandemi dan menggunakan skenario pembelajaran virtual, angka kelulusan berada diangka 43,5% dengan nilai rata-rata 4,16/10. Sementara dalam skenario kelas hybrid angka kelulusannya hanya 30% dengan rata-rata nilai 2,56/10,” jelasnya.

Baginya, untuk mempelajari anatomi manusia, pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran yang paling efektif. Pembelajaran secara virtual juga masih memungkinkan untuk digunakan. Akan tetapi, pembelajaran hybrid dirasa tidak efektif dan tidak memberikan kepuasan bagi para mahasiswa.

Baca juga: Berbekal UMM PASTI, Prodi Hukum UMM Raih Akreditasi Unggul

Di sisi lain, adapula pembahasan mengenai tantangan bidang klinis dan pendidikan dalam menghadapi pandemi oleh Prof. Norenia T. Dao-ayen. Ia merupakan dosen School of Nursing Saint Louis University, Filipina. Menurutnya, adanya pandemi membuat manusia bisa memaksimalkan teknologi ataupun tools online untuk melakukan pembelajaran. Meski perlu penyesuaian, namun kini pembelajaran tetap bisa terlaksana dengan baik. “Setidaknya, selama masa pandemi atau situasi tertentu, kita harus mampu beradaptasi dan mencari cara unttuk bertahan. Sampai akhirnya kita bisa bangkit dan kembali ke normal,” ungkapnya.

Selain keduanya, adapula pembicara menarik lain seperti Prof. Djoni Djunaedi selaku Internist Consultant of Tropic and Infectious Disease UMM. Ia mengakaji perbandingan penderita liver sebelum dan sesudah adanya Covid-19. Pun dengan pembicara lain seperti Apt. Nailis Syifa, Ph.D. serta Sri Sunaringsih Ika Wardojo, Ph.D.

Sementara itu, Wakil Rektor I UMM Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. menilai bahwa konferensi nasional maupun internasional memiliki peran penting. Utamanya dalam merawat atmosfer pendidikan di lingkungan perguruan tinggi. Ia ingin agar di pelaksanaan tahun ini, ICMedH mampu memberikan solusi dan terobosan melalui paper-paper terkait kesehatan.

“Konferensi semacam ini tentu memberikan banyak benefit, seperti pertukaran pikiran dan ide, pengemabngan riset, bahkan juga membangun kolaborasi sesama peneliti untuk melakukan penelitian baru. Semoga di tahun depan, ICMedH dapat dilaksanakan kembali,” pungkas Syamsul. (Ros/Wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image