Itje Soerjono saat menyampaikan materi pelatihan di hadapan dosen, karyawan, dan laboran FPP UMM di Ruang Sidang Senat, Rabu (6/4). (Photo by: Muhammad Zulfikar Akbar) |
FAKULTAS Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar seminar Coaching Technique bertajuk "Optimalisasi Potensi Mahasiswa dalam Rangka Melahirkan Pemimpin yang Berintegritas Tinggi" di Ruang Sidang Senat (RSS) UMM, Rabu (06/04).
Seminar pelatihan yang diperuntukan bagi dosen, karyawan, dan laboran FPP UMM ini menghadirkan pemateri dari Holistic Coaching yakni Itje Soerjono, Nico Kanter, dan Gatot Widyanto.
Dekan FPP, Dr Ir Damat MP mengatakan, seminar ini merupakan langkah yang dilakukan FPP untuk menghadapi persaingan dengan perguruan tinggi lain, khususnya di bidang teknik coaching. Menurutnya, perguruan tinggi saat ini merupakan industri jasa yang harus terus dikembangkan untuk bisa bersaing satu dengan lainnya. "Faktor penentu berkembangnya industri jasa dalam hal ini perguruan tinggi adalah SDM-nya," ujarnya.
SDM tersebut, papar Damat, bisa dilihat dari kemampuan para dosen, karyawan maupun laboran yang ada di sebuah perguruan tinggi dalam menangani proses perkuliahan. Ia menambahkan, faktor selanjutnya yang perlu diperhatikan barulah sarana dan prasarana. "Jika kita tidak menyadari peran ini, maka sebuah perguruan tinggi akan menjadi statis," Jelas Damat.
Oleh karenanya, Damat berharap dosen, karyawan dan laboran yang ada di FPP mampu mengerti dan mengaplikasikan ilmu dari apa yang disampaikan para pemateri ke sistem pengajaran di perkuliahan.
Nico Kanter yang memberikan pemahaman mengenai makna coaching mengatakan, coaching merupakan sebuah makna universal yang tidak hanya bisa diterapkan di dunia pendidikan saja, tapi juga bisa diterapkan di berbagai bidang. "Intinya coaching itu menciptakan sebuah perubahan untuk menggali dan membantu seseorang agar mencapai kemamampuan maksimalnya dengan terus belajar," jelasnya.
Sementara Itje Soerjono memaparkan, mahasiswa memiliki kemapuan yang berbeda dan beragam. Ia menjelaskan seorang dosen harus bisa mengetahui dan memahami agar mampu menyikapinya dengan bijak. "Kita harus bisa menerima mahasiswa kita apa adanya, mahasiswa ada yang baik secara akademik ada juga yang baik secara non akademik, kita harus sama-sama tau cara menggali potensi mereka agar maksimal," terang Itje.
Gatot Widyanto pun memberikan empat langkah yang ditetapkan International Coach Federation (ICF) dalam mengembangkan teknik pembinaan terhadap mahasiswa. Pertama adalah mengatur fondasi dengan memenuhi etika dan standar profesional yang telah ditetapkan serta menetapkan persetujuan coaching.
Kedua, dengan secara bersama menciptakan hubungan dengan membangun kepercayaan dan keintiman klien serta keberadaan coaching. Ketiga berkomunikasi efektif dengan cara mendengarkan secara aktif permasalahan yang disampaikan mahasiswa, bertanya pertanyaan yang menantang dan berkomunikasi secara langsung.
"Terakhir, memfasilitasi pembelajaran dan hasil yang diperoleh mahasiswa dengan membangun kesadaran, merancang tindakan yang tepat, perncanaan dan menetapkan tujuan coaching, dan mengelola perkembangan dan akuntabilitas hasil pembelajaran yang diperoleh mahasiswa," pungkasnya. (gas/han)