Para sivitas akademika UMM saling bermaaf-maafan pada Halal Bi Halal lalu (Foto : Humas) |
Doa untuk kepentingan umum itu akan lebih mudah dikabulkan dibandingkan dengan mendoakan diri sendiri. Maka perlu adanya peningkatan nilai sosial untuk memunculkan rasa simpati. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Muhadjir Effendy, M.A.P. selaku Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI sekaligus Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Adapun ia memberikan tausiyah dan motivasi tersebut dalam agenda Halal Bihalal Kampus Putih pada Minggu (8/5) lalu.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan bahwa Idul Fitri dapat diartikan sebagai kembali ke fitrah dan suci. Jadi ketika bersih, maka akan doa-doa yang dipanjatkan akan lebih mudah dikabulkan oleh Tuhan. Terutama doa-doa yang menyangkut kepentingan umum.
“Sayangnya, kita kan lebih sering berdoa untuk diri sendiri. Jarang sekali kita memanjatkan doa untuk kebaikan bersama, memajukan masyarakat yang mungkin belum sejahtera,” tambahnya.
Baca Juga : Khutbah Idul Fitri UMM: Takwa dan Akhlak Mulia Kunci Pembangunan Bangsa
Maka, dalam rangka menjadikan diri sebagai orang yang bertaqwa, perlu adanya pembiasaan diri untuk berdoa di lingkup yang lebih besar. Menurutnya, Tuhan merupakan zat yang Maha Sosial. Bahkan, dalam beberapa ayat Alquran yang menganjurkan manusia memiliki jiwa sosial tinggi.
“Allah itu menyukai mereka yang berjiwa sosial tinggi. Berderma, baik di keadaan susah maupun senang, menjaga amarahnya, serta memaafkan sesama meski tidak diminta,” ungkap Menko PMK tersebut.
Muhadjir juga sempat membahas mengenai tantangan yang dihadapi di era digital. Bagaimana keburukan-keburukan malah dieksploitasi dan dijadikan keuntungan. Banyak masyarakat yang dulunya bukan siapa-siapa menjadi orang yang terkenal berkat keberanian melewati batas akhlak.
Meski begitu, Muhadjir mengajak sivitas akademika UMM untuk yakin bahwa kebenaran akan datang. Sementara kebatilan akan hilang sehingga kehidupan manusia menjadi lebih baik lagi.
Baca Juga : Kisah Mahasiswa Mesir UMM yang Empat Kali Lebaran di Indonesia
Tak lupa, ia juga mengingatkan Kampus Putih untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri dan merasa sudah besar. Ketika UMM berusaha maju, maka sudah barang tentu perguruan tinggi lain melakukan hal yang sama.
“Maka perlu adanya terobosan yang baik dibarengi dengan visi yang baik pula. Apalagi di era yang penuh dengan ketidakpastian dan ketidakstabilan seperti saat ini,” tutur Muhadjir.
Sementara itu, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. mengatkan bahwa Ramadan boleh berlalu, tapi nilai spiritual yang sudah dibangun harus terus dipertahankan. Utamanya dalam rangka menyempurnakan kehidupan yang sudah dijalani.
Menurut Fauzan, kinerja yang sudah sivitas akademika Kampus Putih lakukan merupakan bagian dan cara untuk menjadi muttaqin. Apalagi jika mampu mengisi kinerja dengan nilai spiritualitas.
“Insyallah jika sivitas akademika UMM menggunakan mindset spiritual dalam mengembangkan pekerjaan, maka tentu Allah akan menurunkan hidayah dan nikmatnya yang melimpah,” tegas Fauzan.
Hal serupa juga disampaikan Sekretaris BPH UMM, Drs. Wakidi. Ia bersyukur kegiatan rutin halal bihalal Kampus Putih bisa berjalan kembali dengan keadaan yang lebih baik. Pada bulan Syawal ini pula, ia berharap semua dosa sudah diampuni dan mampu menjadi kehidupan yang lebih bermanfaat.
“Tantangan kita saat ini ialah menemukan cara agar bisa istiqomah berjalan di jalan yang benar. Sekalipun sudah tidak berada di bulan suci Ramadan,” pungkasnya. (wil)