ICEdu UMM Kaji Teknologi, Sebut AI Tidak Lebih Pintar dari Bayi

Author : Humas | Sabtu, 07 Oktober 2023 14:31 WIB
ICEdu garapan FKIP dan FAI UMM yang membahas mengenai AI, manusia, dan teknologi. (Foto: RIzki Humas)

Perkembangan teknologi begitu menjamur di kalangan masyarakat. Mulai dari gawai, alat sehari-hari, hingga perkembangan alat bantu manusia seperti Artificial Intellegent (AI). Teknologi AI dapat dikatakan memiliki perkembangan yang sangat pesat. Tak jarang hal ini membuat masyarakat resah dan takut digantikan oleh kecerdasan buatan.

Namun pernyataan ini dibantah oleh Prof. Stella Christie, Ph. D. dalam forum Internasional Conference on Education (ICEdu) kedua yang diadakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Oktober ini. Menurutnya, kecerdasan buatan tidak akan bisa menggantikan manusia. “Dari penelitian yang saya lakukan, kecerdasan buatan itu sebenarnya tidak lebih pintar dari bayi berusia dua tahun,” tegasnya.

Stella mengatakan, kecerdasan buatan tak perlu ditakuti. Manusia tidak akan digantikan oleh kecerdasan buatan di bidang pendidikan, pekerjaan, maupun bidang lain. Karena kecerdasan buatan pasti memerlukan manusia untuk membantunya terus berkembang.

Meski begitu, tidak dapat dipungkiri AI juga harus diimplementasikan di dunia pendidikan. Utamanya dalam upaya membantu siswa untuk berkembang mengikuti zaman. Begitupun dengan meningkatkan kemampuan dan jiwa kompetitif siswa sehingga bisa berdaya di dunia yang sebenarnya. Maka, Stella menilai teknologi memiliki peran penting dalam dunia pendidikan.

Adapun gelaran internasional yang menginjak tahun kedua itu membahas rinci mengenai pemberdayaan dan keunggulan pendidikan. Turut hadir para praktisi, dosen, hingga peneliti dari berbagai bidang di Indonesia.

Di sisi lain, untuk menanggapi teknologi yang semakin mutakhir khususnya di dunia kerja, pemateri lain Associate Prof. Dr. Zulnaidi Yaacob memberikan buah pemikirannya. Menurutnya, ekosistem kewirausahaan juga harus ada di perguruan tinggi. Hal ini dapat melatih mahasiswa dan mengasah kemampuannya menghadapi dunia industri.

Dunia industri, teknologi dan pendidikan harusnya bisa dikolaborasikan menjadi satuan struktur yang saling membangun satu sama lain. Misalnya dengan memasukkan nilai-nilai kewirausahaan ke kurikulum pembelajaran bagi setiap mahasiswa. Hal itu yang biasa disbeut dengan kurikulum katalis. Yaitu kurikulum yang diubah dari teori menjadi sistem yang lebih aplikatif. Mahasiswa diajari mengimplementasikan apa yang telah ia dapatkan di bangku kuliah agar semakin terasah dan siap terjun ke dunia kerja.

“Hal ini juga bisa menjadi empowering education atau pemberdayaan pendidikan. Yaitu mampu meningkatkan taraf pendidikan siswa maupun mahasiswa serta mengurangi kesenjangan keterampilan pendidikan,” katanya menambahkan.

Hal serupa juga sudah dilaksanakan oleh UMM, yaitu menjalankan pendidikan yang membekali mahasiswa dengan skill yang sesuai dengan kebutuhan industri. Proses itu  terjadi melalui Center of Excellence (CoE). Tak hanya dibekali materi, mahasiswa juga dibekali dengan kemampuan spesifik untuk mendukungnya di dunia kerja. 

Dengan adanya teknologi, mahasiswa diharapakan lebih mengenal dunia dan siap bersaing serta berkolaborasi dengan teknologi. Karena, semakin maju teknologi akan mendorong masyarakat untuk terus berkembang mengikuti zaman. Jika tidak mengikuti zaman, masyarakat bisa tertinggal dan sulit memasuki dunia global. (tri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image