Ali jadi alumnus UMM yang sukses dalam meniti karir. (Foto: Istimewa) |
Ali Muthohirin adalah salah satu alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan karir entreprenuer dan pergerakan yang apik. Ali, sapaannya kini tengah menjabat sebagai komisaris independen Adhi Persada Beton. Di samping itu, ia juga memiliki sederet usaha kuliner dan properti.
“Motivasi terbesar yang membuat saya di berada si titik ini adalah berbagi kemanfaatan ke sesama,” jelasnya.
Usaha yang ia bangun berawal dari niat mulia untuk memberikan lapangan kerja para mahasiswa. Ia yang dulu kesulitan biaya untuk kulia,h tidak ingin orang lain merasakan hal yang serupa. Maka dari itu, munculah berbagai ide usaha yang ia buka.
Salah satunya yakni usaha kuliner yang bernama Sambal Genit Resto. Selain mempekerjakan mahasiswa, tarif yang ia tawarkan juga terjangkau. Sehingga para perantau tidak perlu merogoh kocek yang terlalu dalam dan bisa menggunakannya untuk keperlun lain.
Pun dengan bisnis properti yang ia bangun. Tidak hanya satu, tapi dua usaha yakni Mangkujoyo Property dan Maharaya Property. Keduanya menjadi bekal Ali untuk menjadi pribadi mandiri dan bertekad membantu sesama.
“Biasanya anak-anak mahasiswa kan sering diskusi dengan saya. Dulu, saya hanya bisa kasih masukan saja. Tapi dengan memberikan jalan keluar dan bantuan secara materiil tentu akan lebih bermanfaat buat mereka,” katanya.
Ali, begitu ia kerap disapa, juga getol untuk turun ke ruang-ruang publik dan politik. Bahkan ia telah aktif di organisasi pergerakan sejak duduk di bangku sekolah dan kuliah. “Keputusan saya untuk terjun ke ruang publik berawal dari pikiran bahwa anak muda tidak seharusnya menjadi generasi yang hanya bisa mencerca. Tapi juga harus berkontribusi dan berperan dalam mengambil kebijakan di ranah publik,” kata pria kelahiran Gresik itu.
Ditanya mengenai inspirasinya, Ali menyebut nama Moeslim Abdurrahman, seorang intelektual yang juga turut berkontribusi di ranah publik. Ali yang dulu awalnya hanya terjun di dunia intelektual, akhirnya tergerak untuk terjun langsung. Berupaya agar bisa menjadi pihak yang mengambil kebijakan untuk kemanfaatan bersama.
Ia bercerita bahwa sejak dulu dirinya memang aktif di wadah-wadah diskusi ilmiah seperti Jenesys, Young Political Leader, PPUT, hingga Tadarus Pemikiran Islam. “Saat tahu sosok Moeslim Abdurahman inilah, saya ingin mengikuti jejaknya. Menjadi cendekiawan sekaligus masuk di dunia politik. Harus bisa dirangkul bersama atau disinergikan,” katanya.
Ali juga sempat memberikan pesan bagi para anak muda Indonesia. Di antaranya keikhlasan untuk menebar manfaat dan memiliki tujuan yang jelas serta menggapainya dengan konsistensi. Di samping itu harus mengasah passion masing-masing agar bisa sukses.
“Tiap anak muda harus punya tujuan sendiri-sendiri. Ada yang fokus di entrepreneur, ada yang di politik, menjadi akademisi dan lainnya. Hal itu harus dimaksimalkan karena kita adalah masa depan Indonesia. Apalagi anak muda juga memiliki persentase cukup besar dalam aspek hak pilih dalam pemilu nanti, yakni sekitar 40 persenan,” tegasnya mengakhiri. (wil)