Ini Kiat Bikin Rumah Budget Mepet ala Dosen UMM

Author : Humas | Kamis, 02 Februari 2023 03:23 WIB
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Ir. Moh. Abduh, ST., MT., IPM., ACPE., ASEAN Eng. (Foto: Istimewa)

Harga rumah dan tanah terus terus melambung dari waktu ke waktu. Tingginya harga properti ini membuat banyak kalangan, utamanya kaum milenial kesusahan untuk memiliki hunian impian. Melihat hal tersebut, dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Ir. Moh. Abduh, ST., MT., IPM., ACPE., ASEAN Eng., menjelaskan bahwa milenial pun bisa memiliki rumah impian dengan budget minimalis.

Lebih lanjut, Abduh sapaannya, mengatakan generasi milenial di kisaran umur 20-30 tahun masih sangat memungkinkan untuk memiliki hunian sendiri. Namun dalam proses pembangunannya harus melibatkan ahli agar keamanan dan kenyamanan terjaga. Untuk membuat rumah tinggal yang layak dan nyaman, biaya yang dibutuhkan sangat bervariasi. Namun untuk membangun rumah sederhana para milenial harus menyediakan dana 200 juta ke atas.

“Hal utama yang harus diperhatikan ketika akan membangun rumah adalah mempertimbangkan kondisi wilayah di Indonesia. Sebagai negara yang dikelilingi cincin api, Indonesia menjadi rawan terhadap gempa bumi. Hal ini cukup membahayakan, oleh karenanya pembangunan rumah juga harus dibuat tahan akan gempa,” kata dosen asal Lampung itu. 

Baca juga: Dua Kepala Daerah Alumni UMM Bicara Cara Memberi Manfaat bagi Bangsa

Lebih lanjut, Abduh mengatakan bahwa untuk membuat rumah minimalis dengan harga yang minim, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah pemilihan gaya arsitektur rumah. Masing-masing gaya arsitektur memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Namun menurut Abduh rumah dengan gaya arsitektur tropis akan cocok untuk generasi milenial. Hal tersebut dikarenakan gaya arsitektur ini lebih efisien untuk biaya perawatan karena sesuai dengan iklim yang ada di Indonesia.

“Hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menghemat pengeluaran dana rumah adalah menggunakan bahan-bahan alternatif. Bahan pengganti ini sangat banyak ragamnya dan penggunaanya juga kondisional. Misalnya mengganti kusen kayu dengan alumunium ataupun mengganti rangka atap kayu menjadi baja ringan. Namun untuk mengganti bahan-bahan bangunan ini harus dikonsultasikan dengan para ahli, karena jika salah memilih bahan maka biaya pembangunan rumah akan membengkak,” ungkap anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tim bidang sertifikasi Jatim tersebut.

Baca juga: Alumnus UMM Jelaskan Pentingnya Fisioterapis bagi Atlet

Terkait bahan pengganti bangunan, Abduh kembali menjelaskan bahwa masing-masing bahan pengganti memiliki sisi positif dan negatifnya tersendiri. Dari sisi positif, penggunaan bahan pengganti ini jelas memiliki sisi yang lebih ramah lingkungan. Sementara untuk sisi negatifnya terkhusus dibagian rangka atap, perlu adanya perawatan ekstra terkait pengecekan skrup atau paku baja ringannya. Hal ini harus dilakukan karena screw atau baut akan mengalami pengenduran akibat waktu, perubahan suhu, serta getaran.

“Dalam membangun hunian impian harus diperhatikan keamanan materialnya. Dengan dana awal 200 juta tersebut para milenial sudah bisa membangun rumah tropis dengan spesifikasi dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur simpel, dan juga ruang tamu serta ruang keluarga yang menyatu. Kurang lebih luas bangunan yang didapatkan adalah 36 meter persegi. Jika membangun rumah sendiri, generasi milenial bisa lebih menghemat dana, namun jika ingin lebih efektif maka bisa membeli rumah yang sudah jadi,” pungkasnya mengakhiri. (syi/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image