Salah satu mahasiswa yang mengikuti program International Credit Transfer (ICT) (Foto: Istimewa) |
Pertukaran pelajar antar universitas luar negeri merupakan kesempatan yang sangat diidamkan oleh para mahasiswa. Kesempatan itulah yang datang pada dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Niko Silabest dan Muh. Ridha Agam. Dua mahasiswa jurusan Informatika ini mengikuti program International Credit Transfer (ICT) yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Selama 9 September-28 Januari ini mereka bergelut dan belajar di jurusan Bioinformatika Asia University, Taiwan.
Ridha, sapaan akrabnya menceritakan bahwa ia dan Niko harus mengikuti perkuliahan di dua jurusan yang berbeda dan universitas yang berbeda. Uniknya, program ini pertukaran pelajar dilakukan secara daring (online). Meski begitu, kesempatan ini tidak disia-siakan keduanya.
Banyak hal baru yang ia rasakan seperti pada aspek aturan dan kruikulum. Di Asia University, para dosen hanya menjelaskan secara umum saja. Hal ini membuat para mahasiswa harus mandiri untuk mendalami materi yang ada. Hal tersebut sempat membuatnya kaget dan kesulitan. “Agak kesulitan sih karena kan kalau di Indonesia biasanya dosne menjelaskan banyak hal,” katanya.
Baca juga : Milenis, Koran Mahasiswa PBI UMM yang terjual 1.000 Eksemplar
Namun, ada hal menyenangkan lain yang tidak bisa ia lupakan. Salah satunya adalah bisa mengikuti kegiatan internasional dengan mudah. Ridha sempat turut serta di beberapa konferensi internasional, berdiskusi dengan beragam mahasiswa dari berbagai negara, dan bertukar pikiran.
Senada dengan Ridha, Niko mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu dua sampai tiga minggu untuk beradaptasi dengan proses pembelajaran di Asia University. Tak hanya soal penjelasan materi, pembagian tugas juga berbeda. Di Asia University, tugas project akan diberikan secara langsung saat menjelang Ujian Tengan Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS).
Baca juga : Mantan Teroris Selesaikan Studi Doktor di UMM
Proses belajar melalui TronClass, platform khusus milik Asia University, juga dirasa menyenangkan. Sayangnya, meski banyak hal menarik yang ia dapat, namun interaksi antar mahasiswa kurang. Bahkan jarang sekali ada kerja kelompok dna akhirnya saya tidak punya teman dekat internasional.
Terakhir, Ridha dan Niko merasa beruntung bisa mengikuti perkuliahan di dua kampus yang berbeda secara bersamaan. Meski berat, namun ada banyak pengalaman baru dan asyik yang didapatkan. “Alhamdulillah UMM selalu mendukung kami untuk mengembangkan potensi, memberikan kesempatan emas seperti program ini,” pungkas Niko. (bah/syi/wil)