Proses Penjurian Ikan Koi Pada Ajang Malang Koi Show. (Foto: Yafi Humas) |
Ikan koi memang dikenal sebagai ikan yang mahal. Harganya tidak hanya mencapai jutaan, bahkan bisa mencapai milyaran. Salah satunya ikan yang diikutsertakan dalam ajang Malang Koi Show yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Sabtu (27/8). Santoso selaku satu dari sederet juri Malang Koi Show menjelaskan bahwa harga koi dipengaruhi oleh berbagai aspek.
“Jadi, yang mempengaruhi harga koi adalah kualitas, body, warna, serta kemenangan yang didapat diberagam kontes. Semakin banyak kejuaraan yang diraih, semakin naik pula harganya. Pun dengan keunikan warna dan corak. Semakin unik corak yang ada di kulit ikan, semakin mahal juga bandrolnya. Adapun selama ini, ikan termahal yang pernah saya temui yakni seharga 1,4 miliyar rupiah,” jelasnya.
Santoso yang sudah menggeluti dunia ikan koi sejak 26 tahun lalu itu mengatakan bahwa ada beberapa aspke yang menjadi poin penilaian dalam ajang tersebut. Badan dan kualitas kulit menjadi dua hal pertama. Ia melihat apakah kulit ikan yang dinilai kusam atau cerah. Kemudian juga tata letak warna atau corak yang dimiliki oleh ikan.
Baca juga: UMM Beri Solusi lewat Icon-TINE Bahas Teknologi Transportasi hingga Internet 6G
Namun, jika ikan yang dinilai berwarna polos, maka yang dilihat adalah kualitas kulit tanpa memasukkan corak ikan. Persentase penilaian ikan koi polos yakni 50% untuk kulit dan 50 persen untuk body. Sementara untuk ikan koi dengan corak ada tiga aspek yang dilai.
Terkait pembagian penilaian, ia menyebut bahwa tim juri menilai berdasarkan jenis dan ukuran ikan. Terhitung ada 21 jenis yang dilombakan termasuk kohaku, shiro dan kawari. Kemudian juga dibedakan antara ukuran-ukuran berdasarkan selisih 5 cm. Adapun ikan yang turut serta mencapai lebih dari 1500 ikan.
“Saya tentu mengapresiasi UMM karena mau dna mampu mengadakan ajang bergengsi ini. Apalagi dengan peluncuran Center of Excellence Sekolah Koi yang makin meningkatkan komoditas sektor perikanan. Apalagi ikan koi memiliki peluang bisnis yang tinggi,”tambahnya.
Adapun pelaksanaan Malang Koi Show juga menjadi langkah UMM dalam mengembangkan CoE Sekolah Profesional Koi. Hal itu dikarenakan Koi dianggap sebagai komoditas yang menjanjikan di masa depan. Apalagi dengan nilai bisnisnya yang stabil dan terus berkembang.
Peserta yang hadir tidak hanya berasal dari Jawa Timur saja. Salah satunya Yayan Ainul Wahid, pemilik ikan Koi yang berasal dari Bandung. Ia mengaku bahwa ikan-ikan koi peliharaannya selalu diikutkan konten tiap minggu di berbagai kompetisi. Adapun di Malang Koi Show, ia mengikutsertakan ikan koi jenis sankai dan showa di kelas A panjang 75.
“Perawatan koi sebenarnya gampang-gampang susah. Hal yang perlu diperhatikan tentu adalah kualitas air dan kadar oksigen. Maka hadirnya CoE Koi di UMM saya rasa menjadi terobosan yang bagus untuk mengembangkan potensi sektor Koi,” ungkapnya.
Yayan juga senang akrena aktivitas pencinta koi kembali ramai. Apalagi dua tahun ke belakang banyak kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan karena pandemi. Ia juga berharap muncul koi-koi unik yang akhirnya mampu memenangkan banyak kontes, salah satunya Malang Koi Show yang ada di UMM. (*wil)