![]() |
Program Studi Magister Sosiologi Direktorat Program Pasca Sarjana (DPPS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ajak diskusi puluhan guru sosiologi Banyuwangi (Foto : Istimewa) |
Program Studi Magister Sosiologi Direktorat Program Pasca Sarjana (DPPS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ajak diskusi puluhan guru sosiologi Banyuwangi, 4 Februari lalu. Ini menjadi cara Sosiologi UMM untuk memperkuat pengajaran Sosiologi di sekolah menengah dan membangun sinergisitas materi pembelajaran dengan bangku universitas. Adapun agenda yang berkolaborasi dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sosiologi Banyuwangi itu dilangsungkan di SMAN 1 Rogojampi, Banyuwangi.
“Lebih dari 36 guru sosiologi hadir dan mengobrol bersama. Kita berdiskusi juga terkait aspek pemberdayaan, termasuk strategi agar pemberdayaan bisa diterapkan secara efektif di lapangan. Kita membahas bagaimana mencapai nilai dari pemberdayaan, isu-isu utama yang perlu diperhatikan, serta bagaimana mengajarkan konsep ini secara menarik kepada siswa,” jelas Rachmad K. Dwi Susilo, MA., Ph.D. selaku ketua prodi magister sosiologi UMM.
Baca juga : Kiprah sebagai Mendikbud dan Menko PMK: Muhadjir Effendy Dikukuhkan Guru Besar
Menurutnya, pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan perubahan sosial dan pembangunan. Oleh karena itu, siswa tidak hanya perlu memahami teori, tetapi juga harus mampu mengkritisi dan merancang strategi pemberdayaan sesuai kondisi sosial di lingkungan mereka. Adapun di Banyuwangi, pariwisata berbasis ekologi menjadi sektor penting. Guru dapat mengajarkan siswa bagaimana mengembangkan pariwisata tanpa merusak lingkungan, sehingga mereka memahami konsep sekaligus berpikir kritis.
Rachmad juga menekankan pentingnya penguatan kapasitas guru agar pembelajaran Sosiologi lebih menarik dan kontekstual. “Kita ingin memfasilitasi guru agar tidak hanya mengajarkan teori dari buku teks, tetapi juga membawa realitas sosial praktis dan praxis ke dalam kelas. Dengan begitu, siswa lebih kritis dalam melihat permasalahan sosial dan mencari solusinya,” katanya.
Baca juga : UMM-Al Azhar Mesir Sebut Pentingnya Peran Kepemimpinan Perempuan
Melihat antusiasme peserta, Rachmad menegaskan bahwa kegiatan ini akan terus berlanjut. Ia berencana menerapkan metode pembelajaran berbasis lapangan dan memperluas kerja sama dengan semua MGMP di berbagai kota di Jawa Timur. “Ini bukan awal dan bukan akhir. Kami akan terus berkomunikasi dengan MGMP untuk menghadirkan materi lain yang relevan. Dengan begitu, pembelajaran Sosiologi lebih kreatif, menarik, dan berorientasi pada pemecahan masalah,” pungkasnya.
Menariknya, kegiatan ini mendapat respons positif dari pihak sekolah dan guru-guru. Sekretaris MGMP Mei Rita menilai pendekatan berbasis pengalaman lapangan lebih relevan dibanding sekadar teori dalam buku. Sehingga para siswa diharapkan tidak hanya menguasai ilmunya, tapi juga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (nam/wil)