Iis Siti Aisyah menerangkan kurikulum CoE ini berjalan sela satu semester kedepan kepada para mitra DUDI (Foto : Istimewa) |
Kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) akan sumber daya manusia (SDM) yang siap pakai sangat tinggi. Sayangnya, alumni perguruan tinggi dirasa kurang bisa mengikuti kebutuhan itu. Maka, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan terobosan dengan didirikannya beragam Center of Excellence (CoE), salah satunya sekolah keahlian Welding Inspector.
Dalma rangka menjembatani kebutuhan industri, Prodi Teknik Mesin UMM mengundang sederet DUDI dalam menyusun dan mengkomunikasikan kurikulum pada pertengahan Agustus lalu. Turut hadir perwakilan dari dari PT. Barata Indonesia, PT. PAL Surabaya, PT. POMI, PT. SPINDO, PT. Dirgantara Indonesia, dan Llyod Register Asia. Mereka tidak hanya menyaksikan, tetapi juga ikut berdiskusi kurikulum seperti apa yang cocok.
“Satu tujuan CoE UMM ini adalah untuk mewujudkan kepastian mandiri dan kepastian kerja. Maka, kurikulum menjadi satu aspek penting agar lulusan memiliki skill yang dibutuhkan oleh industri. Jadi DUDI tidak perlu lagi menyelenggarakan pelatihan karena lulusan CoE Welding inspector sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan mereka,” kata Dr.Ir. Damat, MP. selaku kepala CoE UMM.
Damat juga menegaskan bahwa kerjasama yang dijalin memang sudah banyak. Tapi itu belum cukup, ia akan terus mencari dan menggaet DUDI berkualitas agar mampu melahirkan SDM-SDM dan lulusan yang berkualitas pula.
Baca Juga : Malang Koi Show, Kontes Koi Nasional Garapan UMM
Hal serupa disampaikan oleh Nyoman Gede Suryadharma dari PT SPINDO. Selama ini pihaknya cukup kesulitan mendapatkan SDM yang siap pakai. Kebanyakan belum dibekali skill oleh kampus, khususnya skill welding inspection. Maka harapannya, mahasiswa UMM yang ikut CoE Welding Inspector ini bisa memiliki skill itu sehingga pihak industri seperti PT SPINDO bisa dengan mudah mendapatkan SDM yang berkualitas.
“Perusahaan kami bergerak di bidang konstruksi dan tentu membutuhkan welding inspection dalam pelaksanaannya. Perusahaan yang bergerak di bidang serupa juga banyak. Maka, saya pikir CoE ini bisa menjadi jalan tengah. Memberikan kemudahan pekerjaan untuk alumni UMM sekaligus memberikan menjawab kebutuhan yang DUDI inginkan,” tambahnya.
Di sisi lain, Kepala Prodi Teknik Mesin UMM Iis Siti Aisyah, S.T., P.hD. menjelaskan kurikulum CoE Welding Inspector akan menekankan pada aspek praktek secara langsung. Namun, sebelum terjun, para peserta akan diberi materi selama dua bulan langsung oleh para ahli dari tiap industri. Kemudian baru ditempatkan di perusahaan-perusahaan bergengsi selama empat bulan lamanya.
“Pada zaman ini, unggul secara akademik saja tidak cukup untuk memenangkan persaingan. Perlu adanya softskill dan hardskill yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Maka, sekolah keahlian Welding Inspector harus memiliki kurikulum yang bagus agar bisa mengakomodir hal terkait,” tambahnya.
Iis, sapaan akrabnya melanjutkan bahwa CoE ini tiak eksklusif untuk mahasiswa UMM saja. Mahasiswa non-UMM, para alumni, bahkan masyarakat yang memiliki minat akan Welding Inspector juga bisa mendaftar. Kemudian mengikuti prosesnya selama enam bulan sehingga bisa terserap ke dunia kerja dengan lebih mudah berkat skill yang diperloleh dari program ini. (haq/wil)