Lesson Study Hadirkan Sekolah Berbasis Komunitas

Author : Humas | Senin, 07 November 2016 10:44 WIB

KEGIATAN International Conference on Lesson Study (ICLS) yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama tiga hari akhir pekan lalu (3-4/11) tak lepas dari peranan tiga dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM yang menjadi motor penggerak Lesson Study (LS) di Malang, yaitu Drs Nur Widodo MKes, Dr Roro Eko Susetya Rini MSi dan Dra Sri Wahyuni MKes.

Roro Eko menyatakan, LS di UMM berawal dari program hibah Dikti tahun 2010. Di tahun kedua, LS UMM mulai mencari mitra sekolah yang mau bergabung dengan UMM. SMAN 2 Batu menjadi sekolah yang terpilih sebagai sekolah mitra UMM. Dalam hal ini, UMM sebagai Pembina.

Ditanya mengenai sekolah berbasis komunitas, Eko menyatakan, saat ini LS UMM tengah menggandeng beberapa sekolah di wilayah Malang dan Batu sebagai sekolah  mitra. Secara kontinyu, dosen UMM bertindak sebagai pendamping dalam.

Dosen FKIP yang juga tergabung dalam World Association of Lesson Study (WALS) ini memaparkan, sekolah berbasis komunitas ini dimaksudkan sebagai sekolah yang memiliki kesatuan visi antara komite, kepala sekolah, guru, wali murid, juga masyarakat.

“Ada kesatuan visi yang diusung. Yakni salah satunya kolaboratif. Artinya, dalam sebuah kelas, bukan murid yang terbilang pandai saja yang akan menjadi titik perhatian guru dan makin dikembangkan, tetapi murid yang memiliki kepandaian lebih ini yang juga akan menggandeng dan mengajari teman di kelasnya. Prinsip ini sama dengan prinsip tutor sebaya,” jelasnya.

Sehingga, lanjut Eko, tak hanya guru saja yang berperan dalam pengembangan murid, melainkan seluruh elemen yang terkait dengan kemajuan siswa. Semangat inilah yang kini tengah dibagikan sekolah berbasis komunitas pada sekolah yang belum bervisi sama.

“UMM siap mendampingi dan membina sekolah untuk terwujudnya LS di sekkolah-sekolah,” tutur Eko.

Sedikit mengungkap sejarah, Eko berkisah Prodi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Matematika terpilih untuk melaksanakan LS di masa awal hibahnya. Tahun pertama hanya dipilih 1 mata kuliah. Proses dilanjutkan dengan sosialisasi terkait LS, workshop, lalu implementasi di mata kuliah di biologi dan matematika.

Memasuki tahun ke-2, LS mulai melakukan diseminasi ke program studi lain di FKIP, yakni PGSD dan Bahasa Indonesia. Tahun inilah, Di tahun terakhir penyelenggaraan program, yakni tahun ke-3, diseminasi terus dilakukan ke prodi Bahasa Inggris dan PPKn. Sehingga, saat ini semua prodi di FKIP sudah pernah melaksanakan minimal sekali LS. Di jurusan biologi, meski proyek telah rampung digelar 3 tahun silam, tapi pelaksanaan LS masih berlangsung hingga saat ini. (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image