Pakar Pendidikan Matematika dari Universitas Sultan Idris Malaysia Dr. Mohd Faizal Nizal Lee Abdullah saat Seminar Pendidikan Matematika di UMM. |
PAKAR Pendidikan Matematika dari Universitas Sultan Idris Malaysia Dr. Mohd Faizal Nizal Lee Abdullah menghimbau, seorang guru perlu melihat hasil studi international tentang kecenderungan atau perkembangan matematika dan sains atau Trend in International Mathematics and Science Studies (TIMSS), juga penilaian tingkat dunia untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah atau Program for International Student Assessment (PISSA) yang menunjukkan kekuatan dan kelemahan dalam pengajaran dan pembelajaran matematika secara nasional dan internasional.
“Di Malaysia, hasil penelitian itu telah menumbuhkan banyak minat terhadap kualitas pengajaran matematika (MQI), bahwa kuantitas pengetahuan guru perlu ditingkatkan untuk mengajar matematika secara efektif dan peran pengetahuan ini amat penting dalam pengembangan guru matematika berkualitas,” terangnya dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika oleh Program Magister Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Aula Ahmad Dahlan UMM Inn, Sabtu (5/8).
Faizal membawakan materi “Developing Quality Teachers of Mathematics: The Role of Mathematical Knowledge of Teaching”. Dalam materi tersebut lebih jauh Faizal menerangkan, dengan memperhatikan hal tersebut, seorang pendidik harus berusaha mengembangkan strategi untuk menilai hasil usaha mereka dalam mengembangkan guru matematika berkualitas.
Dalam konteks yang lebih umum, menurutnya pengajaran yang baik mengharuskan guru untuk menciptakan dan menggunakan, memperluas dan menolak, mengkontruksi dan merekonstruksi teori belajar dan pengajaran. Teori-teori itu disusun dengan hati-hati dari pelajaran yang didapat berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dan pengamatan yang cermat.
“Guru yang telah membuat teori eksplisitnya dan merasakannya dengan pengalamannya berada di ruang kelas, adanya kritik kolega, dan pengetahuan dari penelitian saat ini, membuat pilihan pedagogis yang efektif yang menghasilkan pengajaran berkualitas,” paparnya.
Di sisi lain, pakar Pendidikan Matematika dari UMM Dr. Moh. Mahfudz Efendi dalam materinya memaparkan perihal perlunya reposisi pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menurutnya, SMK merupakan sekolah yang unik dan berbeda dengan SMA. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di SMK harus berbeda dengan SMA. “Bahkan materi ajar matematika antara program keahlian yang satu dengan lainnya juga harus berbeda, karena memang kebutuhannya yang berbeda,” ujarnya.
Berdasarkan temuan penelitiiannya, pengembangan kurikulum matematika di SMK menganut azaz supply driven, tidak terintegrasi dengan tujuan program keahliannya sehingga cenderung overload dan overlapmateri ajar. “Dampaknya adalah pengembangan bahan ajar tidak fokus pada materi yang penting dan dibutuhkan, pembelajaran menjadi tidak kontekstual, tidak menarik, dan kurang bermakna. Sehingga pemahaman siswa terhadap matematika dan program keahliannya menjadi kurang optimal,” ungkapnya.
Matematika, imbuh Mahfudz, bukan sekedar alat untuk menyelesaikan masalah, tetapi harus berfungsi sebagai alat bantu visual belajar, pembentukan pola pikir yang nyata, dan menumbuhkan sikap positif bagi siswa SMK agar mampu dan mudah beradaptasi. Sifat dan kemampuan beradaptasi ini harus dimiliki oleh siswa SMK agar mereka kritis, kreatif, dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan jaman dan dunia kerja. (can/han)