Mahasiswa FPP UMM sedang mengikuti Bela negara di Pusdik Arhanud. (Foto: Haqi Humas) |
Penanaman jiwa nasionalisme untuk melindungi dan berkontribusi terhadap bangsa Indonesia perlu diperkuat kembali. Hal tersebut diucapkan oleh Komandan Pusat Diklat (Pusdik) Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) Brigjen Tentara Nasional Indonesia (TNI) Raden Edi Setiawan, S.H., pada pembukaan Bela Negara Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Adapun kegiatan yang diikuti ratusan mahasiswa ini berlangsung selama enam hari sejak 16 Januari 2023 di Pusdik Arhanud, Kabupaten Malang.
Edi, sapaan akrabnya memaparkan bahwa generasi muda saat ini sangat mengikuti zaman, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun teknologi. Sayangnya, tidak diimbangi dengan rasa nasionalisme akan Indonesia. Maka perlu adanya kegiatan yang bisa meningkatkan rasa kecintaan akan tanah air.
Baca juga: Melati, Pustakawan UMM yang Jadi Ketua Forum Perpustakaan Jatim
“Salah satunya dengan aktivitas bela negara yang dilaksanakan FPP UMM ini. Dengan kedisiplinan dan ketekunan saudara, saya yakin saudara mampu menjadi pribadi yang bermanfaat. Bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga untuk masyarakat luas,” ucapnya.
Turut hadir Wakil Rektor I UMM Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. Ia menilai bahwa Bela Negara ini dapat melatih kedispilinan mahasiswa. kemudian akan membuahkan sifat ketekunan dan manajemen yang baik dalam diri masing-masing mahasiswa. Menariknya, ia mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi model baru dalam meningkatkan rasa nasionalisme dan bisa diekuivalensi pad amata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganeraan (PPKN).
“Kedisiplinan menjadi hal yang perlu dimiliki anak muda. Maka, kerjasama dengan TNI mnejadi hal yang penting dan strategis untuk dilakukan demi mewujudkan generasi muda yang tangguh,” katanya.
Baca juga: Puluhan Mahasiswa UMM Kembali Dikirim ke Jepang
Di sisi lain, Dr. Ir. Aris Winaya, M.M. M.Si. selaku dekan FPP UMM mengatakan era digital memberikan banyak dampak positif maupun negatif. Banyak budaya luar yang masuk dan mengikis rasa nasionalisme. Bahkan anak muda dirasa lebih mengenanl budaya asing yang kurang sesuai dibanding budaya Indonesia.
“Selain jiwa nasionalisme yang tinggi, sebagia warga negara Indonesia, kita juga harus mengedepankan tata susila yang ditunjukkan pada perkataan maupun perbuatan. Bukan hanya kepada mereka yang dekat, tapi juga kepada masyarakat secara luas,” pungkasnya. (Haq/wil)