Tim mahasiswa UMM yang lolos P2MW 2024 (Foto : Istimewa). |
Kesadaran akan pentingnya pola makan sehat semakin meningkat di masyarakat seiring dengan peningkatan informasi tentang kesehatan dan gizi. Di tengah tren ini, empat mahasiswa prodi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses mengembangkan inovasi bisnis dalam bidang budidaya telur burung puyuh rendah kolesterol.
Tim yang terdiri dari Delisa Rezi Meirawati, Agus Muhaimin, Nuranisa, dan Salsabilla Putri Priyandani berhasil lolos dalam Program Pengembangan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). Kelompok ini menghadirkan solusi untuk mengurangi kadar kolesterol dalam telur burung puyuh dengan menggunakan tepung kunyit sebagai tambahan pada pakan.
Baca juga : Dosen UMM Temukan Disiplin Ilmu Baru Kaji Landskap Linguistik
Delisa, selaku ketua tim menjelaskan bahwa burung puyuh dipilih karena memiliki beberapa keunggulan. Pertama, burung puyuh memiliki siklus produksi yang cepat dan efisien, sehingga memungkinkan produksi telur yang stabil dalam waktu singkat. “Kedua, telur puyuh dikenal memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Namun, tantangan utama adalah mengurangi kadar kolesterol dalam telur untuk menjadikannya lebih sehat,” paparnya.
Salah satu inovasi utama dalam usaha ini adalah penggunaan tepung kunyit sebagai tambahan pada pakan burung puyuh. Tepung kunyit dipilih karena kunyit kaya akan antioksidan dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, termasuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi. Tepung kunyit ini berasal dari kunyit yang dihaluskan menjadi bubuk, lalu dicampurkan dengan perbandingan 50 kg pakan komersial dan 500 g kunyit bubuk.
"Untuk memastikan hasilnya, kami membeli pullet burung puyuh yang berusia 3-4 minggu atau yang sudah siap bertelur. Kemudian, diberikan pakan yang dicampur dengan tepung kunyit pada hari ketujuh setelah pullet tersebut datang," ungkap mahasiswa angkatan 2020 ini.
Selanjutnya, untuk memastikan efektivitas inovasinya, empat mahasiswa ini melakukan pengujian di Laboratorium Biomedik UMM. Dengan membandingkan antara telur hasil produksi mereka dan telur puyuh yang dijual di pasaran. Hasil uji laboratorium tersebut menunjukkan bahwa telur burung puyuh yang dihasilkan memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan dengan telur puyuh konvensional yang ada dipasaran.
Baca juga : Gita Surya UMM Menangi Medali di Festival Paduan Suara Nasional
"Kami yakin bahwa peternak dan masyarakat dapat mengadopsi praktik yang sama dengan memberikan tepung kunyit pada pakan burung puyuh sejak usia lima minggu. Memang masih perlu penelitian lebih reinci dan detail lagi. Namun hasil pengamatan kami menunjukkan kolesterol rendah di telur puyuh ini," tandas Delisha.
Menariknya, pengembangan usaha ini dilakukan di Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ketiadaan peternak burung puyuh di daerah tersebut. Sehingga, peluang untuk mengembangkan budidaya burung puyuh sangat besar.
Kesuksesan kelompok ini juga tak lepas dari peran aktif Bayu Etty Tri Adiyastiti, S.Pt, M.Si., selaku dosen Peternakan UMM sekaligus dosen pembimbing lapangan. Mulai dari proses persiapan hingga pelaksanaan proyek, termasuk pelatihan startup digital dan sesi pembinaan bulanan yang diselenggarakan secara rutin.
Terakhir, tim mahasiswa ini berharap dengan budidaya burung puyuh rendah kolesterol, Indonesia dapat meningkatkan produksi telur dan daging burung puyuh secara signifikan. "Kami melihat usaha ini tidak hanya dari sisi bisnis semata, tetapi juga dari dampak sosial yang dapat dihasilkan. Dengan meningkatkan produksi burung puyuh, kami berharap dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak lokal," pungkasnya. (lai/wil)