Tim mahasiswa jurusan kedokteran UMM mengembangkan jelly squeeze berbahan dasar tulang ayam kampung (Foto : Istimewa) |
Soal inovasi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memang tak pernah berhenti. Terbaru, tim mahasiswa jurusan kedokteran UMM mengembangkan jelly squeeze berbahan dasar tulang ayam kampung. Ide tersebut dituangkan pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan telah mendapatkan pendanaan dari Kemenristek-Dikti.
Ketua tim Atika Nopriana mengatakan, pemilihan ide jelly squeeze ini berawal dari banyaknya bahan by product tulang ayam yang tak terpakai. Kemudian, ia dan tim memiliki ide untuk mengolah bahan tersebut menjadi produk yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
“Sebenarnya semua berawal dari keinginan kami untuk menciptakan inovasi yang dapat disukai anak-anak. Kemudian, terbesit untuk membuat jelly squeeze ini. Apalagi banyak anak yang menyukainya. Saat ini masih dalam tahap diujikan ke tikus untuk melihat efeknya,” tambahnya.
Baca Juga : FH UMM-Mahupiki Jelaskan Perubahan KUHP Nasional
Mereka mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan dari para peternak ayam maupun tukang potong ayam. Atika mengatakan, produk tersebut berbahan dasar tulang ayam kampung, bukan ayam broiler. Hal itu dikarenakan ayam kampung memiliki konsentrasi mineral lebih tinggi ketimbang jenis ayam lain. Misalnya saja konsentrasi kalsium dan protein.
Dalam proses pembuatannya, tulang ayam dipresto terlebih dahulu selama satu jam untuk mendapatkan tekstur yang lunak. Kemudian dikeringkan dengan dehidrator selama 24 jam dan dihaluskan dengan hammermilll dan blender. Kemudian diayak menjadi tepung tulang ayam kampung.
Baca Juga : UMM Potato Seeds Kembangkan Teknologi Baru, Bisa Percepat Produksi Benih Kentang
Setelah itu, untuk membuat jelly squeeze, diperlukan campuran tepung tulang ayam dan karagenan yang telah dilarutkan dengan air panas. Perbandingan yang dipakai harus lebih banyak tulang ayam dibanding karagenan karena untuk mendapat tekstur seperti jelly.
Saat ini, jelly tersebut masih dalma tahap percobaan dan diujikan ke tikus yang malnutrisi. Mereka juga terus mencari formulasi yang tepat. Nantinya, tikus yang mengidap malnutrisi akan diberi produk dan dilihat perkembangannya kurang lebih dua hingga tiga minggu. Seberapa besar pengaruh jelly squeee tersebut.
Ke depannya, ia berharap bahwa penelitiannya dapat diimplementasikan langsung kepada masyarakat khsusunya anak-anak yang mengidap stunting. Untuk itu, timnya akan terus meneliti dan mengembangkan jelly squeeze itu. Dalam penelitian itu ia tidak sendiri. Atika ditemani mahasiswa kedokteran lain. Ada Avicena Mafatihul Asro Efendi, Muhamad Ridwan Prasetya, dan Muhammad Zaki Fahlevi, serta dibimbing oleh Dr. dr. Irma Suswati M.Kes. (Tri/Wil)