Rektor UMM dan Bupati Malang resmikan launcing CoE Koi (Foto: Yafi Humas) |
Sebanyak 1700 ekor ikan koi meriahkan Malang Koi Show, ajang hasil kolaborasi Universitas Muhammadiyah malang (UMM) dengan Malang Koi Club. Digelar pada Sabtu (27/8), kompetisi ikan koi tersebut dibuka langsung secara simbolis oleh Bupati Malang Drs. Sanusi, MM. dan Rektor UMM Dr. Rektor Fauzan, M.Pd. dengan melepaskan ikan koi ke dalam akuarium.
Perlombaan tersebut merupakan satu dari tiga rangkaian acara yang tersedia. Dua lainnya adalah temu bisnis koi dan launching Center of Excellence (CoE) Koi milik prodi akuakultur UMM. Ada sederet piala bergengsi yang diperebutkan dalma Malang Koi Show. Mulai dari Piala Menko PMK, Piala Dirjen Perikanan Budidaya KKP RI, Piala Bupati Malang, Piala Rektor UMM, hingga Piala Rektor Institut Injil Indonesia. Para peserta juga datang dari beragam daerah se-Indonesia untuk memenangkannya.
Sanusi menilai bahwa UMM selalu menangkap potensi dan peluang yang bisa dikembangkan. Salah satunya buktinya dengan peluncuran CoE Sekolah keahlian Koi. Dari sisi ekonomi, berbisnis ikan cukup menguntungkan. Disebutkan Sanusi, di lahan seluas setengah hektar di tumpang dapat menghasilakn 350 juta dalam waktu enam bulan. Maka dalam setahun dapat mendapatkan 700 jutaan.
Baca juga : UMM Beri Solusi lewat Icon-TINE Bahas Teknologi Transportasi hingga Internet 6G
“Jika dibandingkan dengan penghasilan petani padi, dalam enam bulan mencapai 40 juta dan setahun 80 juta. Maka bisnis ikan tentu menguntungkan, apalagi dalam usaha ikan Koi. Maka, Malang Koi Show menjadi agenda yang bagus untuk mengembangkan bisnis ikan koi dan sebagai upaya edukasi,” tambahnya.
Hal tak jauh berbeda disampaikan Fauzan. Menurutnya, Malang Koi Show menjadi salah satu energi pendorong bagi kelas profesional Koi untuk berkembang. Apalagi sejauh ini, UMM menjadi satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki CoE Koi.
Pengembangan puluhan CoE di UMM bukan tanpa alasan. Fauzan menegaskan bahwa 2030 menjadi awal puncak bonus demografi. Maka dengan CoE, diharapkan lahir sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam menyongsong bonus demografi. Pun dengan menyambut era Indonesia emas pada 2045 nanti.
Saat ini, lulusan perguruan tinggi belum cukup menjawab permasalahan di masyarakat dan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Sebagian besar harus mengikuti pelatihan selama enam bulan hingga setahun agar bisa menjadi SDM siap pakai yang sesuai dengan kebutuhan industri.
“Maka puluhan CoE sekolah profesional dari UMM ini hadir membawa angin segar untuk menjawab itu. Saat masyarakat butuh SDM yang ahli di bidang ikan Koi, UMM bisa menyediakannya. Pun di bidang anggrek, kokoa, udang, unggas, dan lainnya,” ungkap Fauzan mengakhiri. (wil)