Muhadjir dan Gus Muwafik hadir di Haul Akbar Basyariah (Foto: Lintang Humas). |
Ribuan tamu memenuhi acara Haul Akbar Syekh Kyai Ageng Basyariyah dan Doa Bersama Untuk Bangsa sekaligus memperingati maulid Nabi Muhammad SAW 1445H bersama dengan 1.000 Ulama Se-Nusantara, 30 September lalu. Dalam haul yang dilaksanakan di Masjid Al-Basyariyah Sewulan, Madiun turut hadir Menteri Koordinator PMK Prof. Muhadjir Effendy, MAP. Wakil Gubernur Jatim Dr. Emil Dardak, dan sederet kyai, ulama, dan bahkan tokoh dari luar Jawa.
Tidak banyak yang tahu bahwa Muhadjir merupakan keturunan ke-6 dari Kyai Ageng Basyariyah atau Raden Bagus Harun. Nenek moyang yang sama dengan Presiden Republik Indonesia KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Banyak pula tokoh-tokoh nasional dan pesantren yang dilahirkan, baik itu pada masa lampau maupun sekarang. Misalnya saja Mbah Sambu Lasem, Mbah Maimun Jubair KH. Ahfas Faishol Baidlowi Lasem, hingga Gus Baha, dan lainnya. Hal itu juga yang membuat Muhadjir sangat dekat dengan para kyai di kalangan Nahdhatul Ulama (NU).
Baca juga : Virus hingga Transformasi Teknologi Dibahas di Konferensi Internasional UMM
Beberapa saat sebelumnya, Muhadjir juga menerima gelar Raden Pangeran Anom dari Kasepuhan Majan di Serambi Masjid Kasepuhan Majan Tulungagung, Jawa Timur. Gelar yang disematkan secara langsung oleh Ketua dan Dewan Sesepuh Adat Kasepuhan Majan tersebut merupakan bentuk penghargaan kepada keturunan keluarga Sentono Dalem Majan. Terutama berkat jasanya kepada negara serta memiliki jiwa penuh semangat serta amanah pada tanggung jawab yang diemban.
Turut hadir K.H. Ahmad Muwafiq menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa penyebaran Islam di pulau jawa sangatlah cepat. Salah satunya ialah peradaban Jawa yang cukup maju saat Nabi Muhammad menyebarkan Islam di Makkah, tepatnya pada abad ke 600 M. Hal itu dibuktikan dengan adanya banyak kerajaan-kerajaan yang berdiri di pulau Jawa. Sehingga proses penyebaran agama Islam yang dibawa ulama timur tengah juga menjadi lebih cepat dan mudah.
Selain itu, menurutnya, konsep penyebaran Islam di pulau Jawa melalui pedagang merupakan diksi yang kurang cocok. “Yang benar adalah bahwa para ulama menjadi seorang pedagang untuk mampu membaur dengan masyarakat, konsep inilah yang juga seharusnya diterapkan para pemimpin untuk bisa membaur dengan masyarakat,” kata Gus Muwafiq.
Baca juga: Bikin Film Psikologi Islam, Mahasiswa UMM Sukses Juarai Kompetisi Nasional
Ada juga hal menarik disampaikan oleh KH. Moh Hasib Wahab Hasbulloh dari Ponpes Bahrul Ulum Tambak beras saat diminta untuk memimpin sholawatan. Ia mengatakan bahwa Muhadjir merupakan tokoh yang pandai bersholawat. Muhadjir juga dinilai cocok untuk mewakili masyarakat untuk memajukan umat dan bangsa Indonesia. “Dedikasi beliau untuk bangsa dan negara sudah teruji. Maka, mari kita berdoa juga agar beliau mampu memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” katanya.
Di sisi lain, Wagub Jatim Emil ternyata juga merupakan salah satu keturunan dari Kyai Ageng Basyariyah. Dia menyampaikan, Jawa Timur merupakan tempat di mana banyak kyai lahir dan memberikan pengaruh yang besar. Terbukti dengan banyaknya pondok pesantren yang berdiri dan berkiprah di Jawa Timur.
Lebih lanjut, Emil juga menegaskan bahwa pada 2022, Jawa Timur mendapatkan gelar Adinata syariah nasional. Penghargaan tersebut merupakan penghargaan atas capaiakn ekonomi syariah yang terus meningkat. Tentu hal itu tidak lepas dari barokah dan doa dari para kyai serta para elemen masyarakat yang menerapkan konsep ekonomi syariah. (*faq/wil)