Pelantikan Pengurus Wilayah dan Pengurus Komisariat APTISI Wilayah VII Jawa Timur

Author : Humas | Senin, 24 Juli 2017 12:54 WIB
SUMRINGAH: Wakil Gubernur Jawa Timur, H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) ditemani Rektor UMM Fauzan dalam pelantikan Pengurus APTISI di Auditorium UMM, Senin (24/7). (foto: Rino Anugrawan)

MELANJUTKAN pengabdian sosial untuk memperjuangkan eksistensi perguruan tinggi swasta (PTS), Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah VII Jawa Timur menggelar acara Pelantikan Pengurus Wilayah, Pengurus Komesariat dan Halal Bihalal APTISI Wilayah VII Jawa Timur di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin 24 Juli 2017. Hadir dalam acara tersebut, Rektor UMM, Ketua APTISI Pusat Budi Djatmiko, Ketua APTISI Wilayah VII Jawa Timur, Koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa Timur, serta Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf (Gus Ipul).

Ketua APTISI Wilayah VII Jawa Timur Suko Wiyono  menyampaikan, dewasa ini keberadaan PTS tidak kalah dengan perguruan tinggi negeri (PTN). Bahkan hampir diseluruh daerah, peningkatan kualitas dan mutu PTS terlihat jelas. Melalui kerjasama para Pengurus APTISI yang semakin baik Suko yakin secara bertahap PTS mampu bersaing dan menjadi lebih baik dari pada PTN. ”Menjadi tugas pengurus, bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas PTS, terutama kualitas sumber daya manusianya,”tandasnya.

Menambahkan Suko, Ketua APTISI Pusat Budi Djatmiko menyampaikan penting kiranya bagi komisariat-komesariat di APTISI Wilayah VII Jatim untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bebagai cara, salah satunya dengan menyampaikan info-info PTS serta masalah global yang sedang dihadapi kepada pemimpin daerah, khususnya dalam dunia pendidikan. “Sehingga nanti jika ada info–info PTS di masa mendatang dan juga masalah –masalah global ada dapat disampaikan kepada rektor dan diteruskan kepada gubernur,”jelasnya.

Suko mencontohkan, PTS-PTS yang ada di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan pengamatannya, melalui penilaian yang dilakukan pada setiap semester, hampir seluruh PTS di Jabar memiliki alokasi pemecahan masalah untuk diselesaikan bersama koordinator kopertis serta gubernur. Bukan hanya Jabar, beberapa daerah lain juga tengah melakukan hal yang sama. Suko pun bercita-cita agar PTS di Jatim juga memiliki semangat yang sama. “Alhamdulillah PTS di Jabar sudah berbenah. Kemarin-kemarin ini juga di Lampung. Mudah-mudahan hal ini juga bisa dicapai oleh APTISI Jawa Timur,”tegasnya.

Melengkapi Suko, Koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa Timur, Suprapto menekankan perlunya memperkuat kerjasama terutama dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan. Selama ini, Kopertis Wilayah VII Jatim selalu menjadi nomor I secara nasional. Prestasi ini hendaknya terus dijaga dan diperthankan. “Ayo kita mantapkan kualitas pendidikan di Jatim agar selalu dan selalu bagus secara nasional, ”katanya.

Bangga dengan prestasi yang dicapai perguruan tinggi di Jatim, Gus Ipul mengapresiasi terus meningkatnya jumlah lulusan PT yang diserap oleh pasar tenaga kerja. Jika pada sekitar tahun 2014 sekitar 14 persen lulsusan PT di Indonesia terserap didunia kerja, angka ini meningkat di tahun 2016 dengan total sekitar 40 persen. “Yang membanggakan sebetulnya, tahun 2016 lulusan PT se –Jatim, yang diserap pasar tenaga kerja mencapai 80 persen. Target kita ke depan, 99 persen lulusan PT bisa diserap pasar tenaga kerja,”tambahnya.

Melanjutkan paparannya, Gus Ipul menegaskan bahka dengan jumlah total sekitar 550.000 mahasiswa, dunia perguruan tunggi perlu bersiap-siap dalam menyambut era digitalisasi. Pada era ini, masyarakat memerlukan generasi yang paham teknologi dengan baik. Pihak PT harus mengenalkan teknologi kepada mahasiswa agar para mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan. “Saya titipkan kepada Bapak, Ibu dan saudara-saudara sekalian masa depan Jawa Timur dengan menghadirkan PT yang berkualitas dan bermutu,”pesannya.

Di akhir Gus Ipul menyampaikan posisi strategis APTISI sebagai wadah untuk PTS saling belajar dan bertukar fikiran dalam penalaran. Dengan terus memperbaiki kualitas, sesungguhnya antara PTS satu dengan yang lain tidak perlu berebut mahasiswa. Kualitas yang baik, akan membuat mahasiswa tertarik dengan sendirinya. Hal ini yang kemudian menjadi PR bersama, agar PTS mampu berimprovisasi dalam mengelola kampusnya. “Kalau PTS harus pandai pencak silat, artinya pandai dalam meningkatkan mutu, mencari uang dan lain-lain. Saya bangga dan senang, karena di era yang penuh kompetisi seperti ini hal tersebut bukanlah hal yang mudah,”pungkasnya. (sil/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image