Sambutan Ketua PP Muhammadiyah, Dr. Saad Ibrahim, M.A (Foto : Rino Humas) |
Islam dalam Muhammadiyah bukan hanya berada pada tingkat ucapan saja, tapi juga perbuatan konkret. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Dr. H. Hamim ilyas, M.Ag. dalam Pembukaan Rapat Kerja Tingkat Pusat dan Seminar Nasional. Agenda itu diselenggarakan pada 21 Juli 2023 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Lebih lanjut, Hamim berharap, rapat kerja ini tidak hanya menghasilkan daftar rencana saja, tapi betul-betul dapat mencetuskan program kerja yang dapat dilaksanakan ."Rapat kerja ini juga sebagai persiapan launching kalender Islam global di Pekalongan yang bertepatan dengan 100 tahun terbentuknya majelis tarjih. Pekalongan dipilih sebagai tempat peluncuran karena memiliki nilai sejarah kuat, yakni daerah di mana majelis tarjih dibentuk," ungkapnya.
Baca Juga : Pakar Pendidikan UMM Sebut Sistem Zonasi Sekolah Miliki Tujuan Bagus
Menurutnya, Muhammadiyah juga memiliki keinginan untuk mendirikan rumah bagi lansia. Di mana rumah tersebut akan menjadi amal bagi Muhammadiyah. Oleh karena itu, rapat kerja ini juga mengadakan seminar tentang gerontologi, yang akan membahas tentang penuaan dan orang tua.
"Ini juga menjadi langkah baru bagi Majelis Tarjih dalam menyusun Fikih Lansia. Para ahli dan akademisi akan datang dan membahas berbagai aspek terkait penuaan, kesehatan lansia, peran sosial, dan kebutuhan khusus mereka," jelas Hamim.
Ia menegaskan, Islam adalah ucapan dan perbuatan, sehingga apa yang akan diseminarkan dan diskusikan harus diamalkan. "Pengamalannya disesuaikan dengan tradisi Muhammadiyah yaitu dalam bentuk lembaga. Sehingga bukan usaha perseorangan tapi milik bersama dari kerja bersama. Kita juga sedang menyusun Fikih Budaya Berkemajuan sebagai bentuk komplementasi terhadap pembangunan ekonomi yang telah dilakukan oleh negara," tegasnya.
Di sisi lain, Ketua PP Muhammadiyah, Dr. Saad Ibrahim, M.A. menyampaikan mengenai hikmat utama dari assabiqunal awwalun. Yaitu bagaimana kemudian manusia memahami dengan sebaik-sebaiknya mengenai falsafah dan ilmu pengetahuan.
Baca Juga : Sepuluh Langkah Ampuh Atasi Stroke ala Dosen FK UMM
"Menurut saya, jika hikmat itu ditujukan kepada konteks yang lebih pragmatis dan berkaitan dengan dengan kehidupan, maka puncak dari hikmat itu bisa kita personifikasi pada ilmu fiqih yang telah dilahirkan oleh para imam. Salah satunya Imam Syafi'i yang dikenal dengan syarhus sunnah," ungkap Saad.
Menurutnya, perlu digarisbawahi bahwa ilmu fiqih yang dilahirkan oleh para imam sudah ditetapkan dengan matang. Sehingga menurutnya, kedua hal tersebut menjadi penting untuk membawa kembali kemajuan islam dalam konteks keindonesiaan dan universal. Maka karena itu, majelis tarjih dan tajdid memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Apalagi majelis ini akan menjadi basis untuk semua pengetahuan lain seperti ilmu astronomi, fisika, dan ilmu lainnya. (Zak/Wil)