Para pemateri di Rakornas pesantren muhammadiyah 2022 (Foto: Haki Humas) |
Jumlah pondok pesantren (Ponpes) di bawah naungan Muhammadiyah terus bertambah. Terbaru, ada 440 ponpes yang tersebar di seluruh Indonesia dengan lebih dari 67 ribu santri. Bahkan angka tersebut terus bertambah dari hari ke hari. Data itu dijelaskan dalam Rapat Koordinasi Nasional ke-V Pesantren Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (31/8) lalu. Turut hadir ratusan perwakilan dari pesantren seluruh Indonesia.
Terkait hal itu, Menteri Koordinator PMK RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP menjelaskan bahwa pemerintah telah memberikan perhatian spesifik akan keberadan pesantren. Salah satunya melalui Undang-undang nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren. Dengan begitu, eksistensi ponpes yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu sudah diakui dan mendapatkan kepastian serta perlindungan hukum.
“Adanya regulasi ini juga membeikan implikasi yang besar, baik dari segi bisnis, model pendidikan, anggaran, dan lainnya. Maka saya berpesan agar teman-teman mampu mengkaji dan memahami regulasi pesantren, termasuk produk turunannya. Perlu adanya kreativitas dan pikiran segar untuk membenahi dan memberi inovasi dalam sebuah regulasi,” tegasnya.
Muhadjir mengatakan bahwa ponpes Muhammadiyah tidak hanya menyediakan pendidikan semata. Namun juga harus bisa memberikan bekal bagi peserta didiknya, agar mampu mewujudkan visi dan misi Muhammadiyah. Selain itu, ia juga berharap tiap pesantren dapat memiliki corporate culture yang mengakar sehingga ada ciri yang unggul.
Baca juga : Halal Center UMM Dampingi UMKM Pasuruan Lakukan Self Declare
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PW Muhammadiyah Jatim Dr. Saad Ibrahim, MA. mengutip apa yang dikatakan profesor antropologi dari Boston University, Robert Hefner bahwa seni Islam itu dapat dilihat dari Muhammadiyah. Hal itu tidak lepas gerakan Muhammadiyah yang memadukan ilmu sains dan agama, bahkan sejak awal berdiri.
“Maka, pesantren Muhammadiyah harus bisa memberikan nilai lebih pada santri. Bukan hanya fokus mentransferkan ilmu agama, tapi juga mampu memberikan ilmu dunia yang dibutuhkan untuk memajukan umat,” tuturnya.
Antusiasme perwakilan tiap pesantren juga tinggi. Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Dr. Maskuri M.Ed. Menurutnya, antusiasme yang tinggi juga berbanding lurus dengan semangat membina pesantren.
Baca juga : UMM Pertahankan Akreditasi Unggul, Perkuat Kualitas Mahasiswa lewat CoE
Maskuri menjelaskan bahwa pada 2015 lalu, pesantren Muhammadiyah mencapai angka 127. Kini, jumlah tersebut melambung tinggi menjadi 440 dan terus bertambah setiap tahunnya. Perkembangan ini tentu memberikan tantangan baru, utamanya dalam aspek sumber daya manusia (SDM).
“Kalau dihitung, satu pesantren kecil kira-kira membutuhkan ustad dan ustadzah sebanyak 14. Maka, untuk memenuhi SDM di tiap pesantren, minimal kita harus memiliki 6160 ustad yang mumpuni dan unggul. Itu kalau pesantren kecil, situasi berbeda akan muncul di pesantren yang besar,” paparnya.
Sepak terjang pesantren juga bisa dimaksimalkan dengan membangun sinergisitas bersama perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM). Menurut Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. pihak PTM tanpa ragu akan membantu mengembangkan berbagai hal. Pada dasarnya, ada banyak program yang bisa diakses oleh santri maupun ustaz ustazah. Utamanya yang mengenai entrepreneurship.
“Pengetahuan keislaman dan iptek memang penting. Tapi hal yang tak kalah pentingnya adalah keterampilan hidup. Maka saya rasa, PTM khususnya UMM bisa mengisi aspek tersebut sehingga mampu melahirkan generasi unggul nan lengkap,” pungkasnya. (wil)