Okta Pringga Pakpahan, S.P., M.Agr Sc., Dosen UMM yang berhasil menyelesaikan studi sarjana di Saga University dan magister di Hiroshima University. (Foto: Istimewa) |
Dalam rangka mencetak akademisi berkualitas dan berintegritas, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tentu memiliki banyak dosen lulusan luar negeri. Salah satunya Okta Pringga Pakpahan, S.P., M.Agr Sc., seorang dosen yang berhasil menyelesaikan studi sarjana di Saga University dan magister di Hiroshima University. Keberhasilan tersebut ia peroleh berkat kerja kerasnya mendapatkan beasiswa.
Oka, sapaan akrabnya bercerita bahwa studi sarjananya didapatkan melalui beasiswa Jasso. Menurutnya, prosesnya cukup panjang meliputi ranking kemampuan bahasa, akademik, serta perencanaan riset yang akan dikerjakan di Jepang.
Kendala yang dihadapi ketika di Jepang adalah bahasa. Ia mengaku perlu waktu kurang dari tiga bulan untuk bisa mahir berbahasa jepang dengan mengikuti kursus bahasa jepang. “Alhamdulillah setelah setahun di Jepang, saya coba ikut tes Japanese-Language Proficiency Test (JLPT) untuk bisa mempermudah aktivitas di sana. Saya lulus dengan memperoleh nilai N3 yang bisa dikatakan nilainya cukup memuaskan,” terang dosen prodi Teknologi Pangan itu.
Baca juga: Ketum Kadin Sebut CoE Program Inovatif dan Visioner
Setelah tamat sekolah dari Saga University, ia dikenalkan profesornya ke kolega di Hiroshima University. Dari pertemuan tersebut ia mendapat tawaran untuk ikut tes lanjut master degree di Hiroshima University. Kesempatan tersebut akhirnya diambil dan langkah berikutnya mempersiapan ujian untuk ambil master degree.
Waktu melanjutkan studi di Jepang, Oka meneliti keamanan pangan terkait Salmonella Typhimurium yakni bakteri yang mengakibatkan diare pencemaran makanan pada proses pengolahan makanan. “Ketika makanan diolah, ada indikasi beberapa tindakan yang mengakibatkan patogen tersebar lebih banyak. Bakteri patogen inilah yang membuat orang sakit diare,” jelasnya.
Ia melihat bahwa di Asia, khususnya Indonesia, aspek sanitasi masih memiliki banyak masalah. Pun dengan pengawasannya yang dirasa kurang ketat. Alhasil, jika makanan tidak diolah dengan baik, maka akan muncul penyakit dan berdampak buruk pada manusia.
Salah satu manfaat penelitiannya adalah masyarakat bisa tahu kalau salmonella bisa tetap nhidup pada kondisi beku maupun panas. Adapun jika suhunya mencapai lebih dari 90 derajat celcius, bakteri salmonella akan mati.
Baca juga: Yuda, Mahasiswa UMM yang Mengabdi di Tiga Negara
“Rekomendasi yang bisa saya berikan agar masyarakat terhindar dari bakteri Salmonella Typhimurium yakni dengan mengonsumsi makanan yang lingkungannya bersih. Selain itu juga makanan yang kaya nutrisi, serat, dan vitamin yang cukup. Dua langkah itu dirasa sudah cukup efektif untuk menghindarkan diri dari bakteri ini,” tegasnya.
Segudang ilmu yang didapat semasa di jepang tentu membuatnya ingin menerapkan hal baik ke UMM. Salah satunya adalah kebiasaan dari profesornya untuk mengadakan pertemuan bersama mahasiswa tiap minggu. Baik itu mereka yang sedang bimbingan PKL maupun skripsi untuk membahas riset yang telah dikembangan.
“Tiap minggu saya bertemu dengan mahasiswa untuk menjalin kontrol biar tidak menghilang. Kadang masalah bukan dari eksternal, tapi internal. Kadang mahasiswa akhir takut rencana setelah lulus kuliah dan berkurangnya rasa percaya diri. Di sinilah saya memberikan motivasi dan cara pandang,” katanya.
Ia bersyukur Kampus Putih selalu mendukung pemikiran-pemikiran dan potensi sivitas akademikanya. Bukan hanya bagi mahasiswa, tapi juga bagi para dosen dan karyawan. Sehingga UMM bisa terus maju dan berkembang.
Menariknya, saat ini Oka direkrut menjadi Ph.D student lewat vacancy atau asisten riset professor pada konsorsium riset project (Portugal, Belanda, Spanyol). Penelitian ini dibiayai oleh European Regional Development Fund (ERDF). (ros/wil)