UMM Edukasi Masyarakat Bijak Bersosial Media di Tahun Politik

Author : Humas | Jum'at, 08 Juni 2018 10:27 WIB
Rohman Budijanto Direktur Eksekutif The Jawa Pos Institute of Post-Otonomi (JPIP)
 
Membahas tentang sosial media berarti pula membahas kemajemukan pemikiran para penggunanya. Sosial media juga merupakan wadah bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menyampaikan opininya. 
 
Hal tersebut terbukti sejak tahun 2010, masyarakat kita mulai dipercobakan dengan istilah post-truth. Post-truth merujuk pada suatu keadaan di mana emosional seorang individu lebih berpengaruh dari pada fakta objektif dalam membentuk opini. Post-truth merupakan buah dari massifnya penggunaan sosial media di tengah masyarakat kita.
 
“Saat ini sosial media adalah salah satu alat penentu irama kita dalam meyakini sesuatu, tak luput juga dalam beragama,” jelas Rohman Budijanto Direktur Eksekutif The Jawa Pos Institute of Post-Otonomi (JPIP) pada agenda Buka Bersama Media dan Jajaran Pers, Selasa (5/6).
 
Pada acara yang dihelat oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, Rohman Budijanto atau yang lebih akrab disapa Roy ini menyampaikan ulasan-ulasannya tentang bagaimana masyarakat Indonesia yang beragam ini mulai bangkit dalam menciptakan opini-opini yang diharapkan dapat menjadi sebuah kepercayaan bagi masyarakat luas.
 
“Apa yang tergambar di sosial media masyarakat kita saat ini adalah rupa kepedulian masyarakat kita terhadap fenomena yang ada di tengah masyarakat,” tutur pria kelahiran Magetan lima puluh tahun silam ini.
 
Roy menyampaikan banyak sekali dari opini itu megarah pada diskusi yang tidak jelas. Lebih lanjut, Penasihat Lembaga Informasi Komunikasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini juga menguraikan bagaiman sosial media menjadi media yang sangat empuk untuk membahasa tahun yang paling dinanti oleh masyarakat yakni, tahun Politik.
 
“Tidak ada tahun yang paling dinanti kecuali tahun ini, yaitu tahun Politik. Di tahun ini, sosial media akan menjadi bagian penentuan pendapat masyarakat dalam berpolitik,” ucapnya.
 
Di akhir, penulis buku Amplop Adalah Candu Bagi Jurnalis ini memaparkan padangannya tentang bagaiman gejolak politik di sosial media akan sangat berimbas kepada padangan berpolitik seluruh lapisan masyarkat. Ia pun berharap masyarakat tetap cerdas menyikapi berbagai isu yang berkembang di sosial media. 
 
“Harapannya, masyarakat menjadi lebih cerdas dan tidak dengan mudah terpengaruhi oleh hal-hal negatif dari bersosial media itu,” pungkasnya. (nis/sil)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image