Acara pengukuhan guru besar Prof. Dr. Ir. Sutawi, M.P. (Foto: Haqi/Humas) |
Setelah mengukuhkan tiga guru besar bidang pendidikan dan satu guru besar bidang komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengukuhkan guru besar baru. Kali ini, Prof. Dr. Ir. Sutawi, M.P. sukses dikukuhkan menjadi guru besar bidang peternakan pada Rabu (24/3) lalu. Hadir dalam gelaran tersebut Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayan (Menko PMK) sekaligus Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. dan Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur Prof. Dr. Ir. Soeprapto, DEA.
Dalam gelaran itu pula, Kampus Putih meresmikan empat Centre of Excellence (CoE) baru di Fakultas Pertanian dan Peternakan. Di antaranya Kelas Minyak Sirih (Prodi Kehutanan), Kelas Ekspor Agrokomplex (Prodi Agribisnis), Kelas Produksi Benih Tanaman (Prodi Agroteknologi) dan Kelas Ruminansia (Peternakan). Semua sekolah itu disediakan untuk mengupayakan lahirnya generasi masa depan yang mandiri. Konsep dalam pengukuhan tersebut juga cukup menarik dan berbeda dari biasanya. Dekorasi ala wild west dan koboi memenuhi pintu masuk dan panggung. Bahkan Sutawi berangkat menuju lokasi dengan mengendarai kuda.
Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. berpesan agar pengukuhan tersebut tidak hanya dimaknai sebagai formalitas semata. Semua properti dan dekorasi tersebut haruslah mengandung konsekuensi logis akan jabatan yang dikukuhkan. Ia juga berharap adanya guru besar baru di FPP mampu membangun akselerasi program-program yang selama ini digulirkan.
Baca juga : Wisudawan Terbaik UMM Ini Aktif Kegiatan Sosial dan Pengabdian Masyarakat
“Tentu, kami ingin agar adanya guru besar baru ini dapat membentuk FPP UMM jadi unggul. Tidak hanya unggul di nasional tapi juga di level internasional,” tuturnya.
Fauzan juga mengutip sedikit isi pidato Sutawi terkait pesan bapaknya yang mengatakan untuk tidak menjadi seorang petani karena susah. Meski begitu petani masih menjadi salah satu pekerjaan yang dirasa bahagia. Maka menurutnya, paradigma untuk mengukur kebahagiaan itu seharusnya menggunakan ukuran agama dan keimanan. Rasa yang didasari rasa syukur itu yang akan melahirkan sebuah kebahagiaan.
Di sisi lain, Muhadjir mengucapkan selamat dan menilai bahwa Sutawi adalah seorang penulis sejati. Hal tersebut bisa dilihat dari sederet karya dan prestasi yang sudah Sutawi hasilkan. Terkait pengukuhan guru besar, ia juga berpesan agar UMM melihat keluar untuk segera mengejar ketertinggalan dari universitas lain. Terutama perguruan tinggi luar negeri yang berkembang pesat.
Baca juga : Dubes Indonesia untuk Inggris Dorong Wisudawan UMM Jadi Pemberi Solusi Masyarakat
Sementara itu, dalam pidatonya, Sutawi menjelaskan bahwa ia telah meneliti terkait kebahagiaan peternak ayam petelur di Kabupaten Malang. Begitupun dengan kajian kebahagiaan peternak sapi perah di Kabupaten Malang serta pengaruh PDB pertanian dan peternakan terhadap kebahagiaan penduduk indonesia dan beragam penelitian lainnya.
Berdasarkan orasi ilmiah yang disampaikan Sutawi, meskipun berpendapatan rendah, peternak adalah profesi yang dinilai bahagia. Hasil survei tersebut konsisten dengan survei serupa di berbagai negara bahwa orang-orang yang berprofesi sebagai petani, termasuk peternak, nelayan, dan pekebun, adalah kelompok masyarakat yang bahagia. Di Malaysia misalnya yang merasa bahagia dan bangga berprofesi sebagai petani.
Kemudian di Amerika Serikat, 99% petani Ohio dilaporkan bahagia dengan keseluruhan kualitas hidupnya. Sementara di Inggris, indeks kebahagiaan tertinggi ditemukan pada penduduk yang bekerja di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Hal serupa juga ditemui di negara-negara lain seperti Perancis bahkan Ghana.
“Kebahagiaan suatu bangsa itu ibarat pohon. Pertanian adalah akarnya, sementara perdagangan dan industri adalah cabang dan daunnya. Jika akarnya dicabut, maka sudah barang tentu cabangnya akan mati dan daunnya berguguran,” ucapnya menjelaskan. (wil)