Karya Rajutan Wiwin Berupa Tas (Foto : Istimewa) |
Belakangan ini, skill merajut tengah digandrungi oleh masyarakat. Banyak dari mereka mencoba belajar merajut untuk sekadar mengisi waktu luang atau membuka bisnis. Hal sama dirasakan oleh Wient Ramadhani, mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Bahkan kini ia menjalankan berbagai workshop menarik, termasuk workshop merajut.
Wiwin, sapaan akrabnya, telah menekuni rajutan sejak adanya wabah Covid-19 di 2020 lalu. Mulanya, ia mengaku bosan dan bingung ingin melakukan apa karena adanya peraturan pembatasan jam keluar (PPKM) yang dikeluarkan oleh pemerintah. “Karena tidak bisa kemana-mana dan kelasnya online, jadi lambat laun merasa bosan dan ingin mencari hobi baru selain membaca,” ucapnya.
Berbekal hal ini, ia mulai mencari hobi baru untuk mengisi waktu luang dengan merajut yang dipelajari secara otodidak dari internet. Dari situ, ia berhasil berkolaborasi dengan event organizer untuk membuka workshop bertajuk Spotted Chunky Knit bag yang banyak digandrungi masyarakat. Hingga kini, selain mendapat keuntungan, hobi barunya itu juga memberikan banyak manfaat khususnya bagi masyarakat umum yang ingin belajar merajut dengan dirinya.
Baca Juga : Atlet Futsal Cantik UMM Menang di POMNAS
Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah 12 kali menyelenggarakan lokakarya untuk merajut tas di berbagai daerah. Tak hanya Malang Raya, lokakarya yang ia tekuni juga sudah berkeliling hingga Surabaya. Tak hanya merajut tas, ia juga gemar merajut pernak pernik seperti gantungan kunci, boneka dan lain sebagainya.
“Saat pertama kali memberikan materi dan praktek, saya merasa agak takut. Apalagi belajar merajut cukup sulit dan tidak bisa diajarkan dalam waktu dua jam saja. Maka dari itu, saya membatasi jumlah peserta hanya 10 sampai 15 peserta saja tiap workshopnya,” tambahnya.
Bisa dibilang, dengan adanya lokakarya yang ia lakukan memunculkan banyak peluang yang bisa didapatkan. Mulai dari peluang menambah uang saku, rasa percaya diri, hingga membangun relasi antar sesama. Berkat hobinya merajut ini, ia berhasil membuka produksi rajutan homemade yang tersedia di platform komersil. Tak hanya baginya, adanya lokakarya ini juga bisa membangun peluang bagi para peserta. Mereka bisa membuka lapangan pekerjaan baru.
Baca Juga : Begini Menariknya Buku Diplomasi Tiga Zaman, Hasil 36 Karir Stafsus UMM
Maka dari itu, ia terus berinovasi agar lokakarya yang ia laksanakan dapat berkembang secara nasional. Ia juga memiliki rencana untuk mengembangkan lokakarya lain selain merajut tas yang ia jalani saat ini. Tapi tentu hal ini tidak akan mudah, karena ia harus beberapa kali belajar dan mencoba sebelum berani membuka kelas lokakarya baru. Apalagi, ia juga harus memperhatikan antusias peserta.
Pemilik akun instragram @ini.rajutanku berpesan kepada anak muda untuk terus berani mencoba dan jangan takut gagal. “Tidak ada salahnya untuk mencoba walaupun progresnya perlahan-lahan. Meski kita masih muda dan mahasiswa, bukan berarti kita tidak bisa berinovasi. Jangan lupa juga mengejar pendidikan. Harus ada pembatas antara hobi, pekerjaan, dan perkuliahan. Semoga apa yang kita usahakan bisa memberikan banyak manfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga masyarakat,” ucapnya mengakhiri. (Tri/Wil)