(REUTERS/Ammar Awad)
|
VIVAnews - Israel akan tetap membangun 3.000 rumah Yahudi di Jerusalem Timur dan Tepi Barat. Negeri Zionis ini menyatakan tidak akan menyerah pada tekanan internasional yang meminta penghentian rencana itu.
"Israel akan terus mempertahankan kepentingan vital, meskipun menghadapi tekanan internasional, dan tidak akan ada perubahan keputusan yang telah dibuat," kata Perdana Menteri Israel, seperti diberitakan BBC, Senin 3 Desember 2012.
Sejumlah negara mengutuk rencana pembangunan ini. Inggris, Perancis, Spanyol, Denmark, dan Swedia telah memanggil Duta Besar Israel di negara masing-masing untuk memprotes kebijakan ini. Sementara itu, sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, juga meminta Israel mempertimbangkan kebijakan ini.
"Kami meminta pemimpin Israel untuk mempertimbangkan lagi keputusan sepihak ini dan menahan diri karena aksi ini kontraproduktif dan akan membuat proses negosiasi enjadi sulit," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney.
Tak hanya negara-negara itu saja yang mengutuk rencana Israel ini. Rusia, Jerman, dan PBB juga meminta rencana ini dibatalkan.
Rencana yang paling ditentang oleh Palestina adalah pembangunan pemukiman Yahudi di area E1 di Maaleh Adumim--antara Herusalem dan Tepi Barat. Palestima menganggap pembangunan pemukiman di daerah ini akan membelah Tepi Barat, memisahkan Palestina dengan Jerusalem. Sehingga bisa menyebabkan terhambatnya pembentukan negara Palestina.
Rencana pembangunan perumahan ini diumumkan oleh Israel pada Sabtu pekan lalu, sebagai respons Israel terhadap peningkatan status Palestina di PBB, dari entitas pengamat menjadi negara pengamat non-anggota PBB. (kd)