Presiden Barrack Obama |
Teheran - Pemerintah Iran turut merespon hasil pemilu Amerika Serikat yang memenangkan kembali Barack Obama. Bagi Iran, kemenangan Obama terpilih kembali sebagai Presiden AS untuk periode kedua tidak akan memberi perubahan signifikan terhadap hubungan Iran dengan AS.
Hasil yang diperoleh dalam pemilu AS tidak akan mengarah pada normalisasi hubungan AS-Iran, meskipun harapan adanya perbaikan hubungan tetap ada.
"Empat tahun lalu, Obama terpilih dengan platform untuk perubahan dan dia mengatakan akan mengulurkan tangannya untuk kerjasama dengan Iran, namun justru ia bertindak sebaliknya setelah terpilih bahkan memberi sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Kepala Pengadilan Iran Ayatullah Sadeq Larijani kepada kantor berita Fars News sebagaimana dikutip dari AFP, Kamis (8/11/2012).
Menurutnya, hubungan Iran dengan AS cukup rumit, tidak sederhana. Khususnya setelah segala tekanan dan kejahatan yang dilakukan AS terhadap rakyat Iran.
"Memulai kembali sebuah hubungan baru hanya dalam semalam, tidak mungkin. Orang-orang Amerika tidak boleh berpikir bahwa mereka dapat memperoleh konsesi dari rakyat Iran dengan datang ke meja perundingan," cetusnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast mengatakan Iran tetap menghormati suara rakyat AS. Namun dia menegaskan bahwa dinding ketidakpercayaan Iran terhadap AS dapat diruntuhkan jika AS menghormati kehendak dan hak-hal rakyat Iran serta mengubah kebijakannya di masa lalu yang keliru.
Obama memenangkan pilpres AS dengan mengungguli perolehan electoral vote atas rivalnya, Romney. Penghitungan terakhir menunjukkan, Obama unggul jauh atas Mitt Romney dengan 303 electoral vote melawan 206 electoral vote. Dibutuhkan 270 electoral vote untuk memenangkan pilpres AS.
Untuk diketahui, AS memutuskan hubungan dengan Iran setelah mahasiswa Islam Iran menyerbu kedutaan besarnya di Teheran dan menyandera 52 diplomat AS di dalamnya. Mereka menahan para diplomat tersebut selama lebih dari satu tahun. Peristiwa tersebut terjadi tidak lama setelah pecahnya revolusi Islam Iran tahun 1979.
Sejak itu, hubungan Iran dan AS memanas. Bahkan Washington dijuluki Teheran sebagai 'Setan Besar'.