(VIVAnews/Puspita)
|
VIVAnews - Sarmidi (24) pemuda asal Desa Dukuh Babadan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dituduh sebagai bandar dan pengedar narkoba. Kini ia mendekam di LP Kedungpane Semarang.
Di blok C LP Kedungpane Semarang, Sarmidi dijadikan satu dengan tiga terpidana lainnya. Vonis lima tahun penjara itu cukup berat baginya, apalagi dia merasa tidak pernah melakukan kejahatan peredaran narkoba seperti yang dituduhkan. Upaya ayah, ibu dan adik-adiknya mencari keadilan bagi dirinya justru pernah ditolak Sarmidi.
"Dia melarang kami, dia kasihan pada kami, nanti duitnya habis buat mencari keadilan," ujar Kasdi, ayah Sarmidi.
Sebagai tulang punggung keluarga Sarmidi tahu benar kondisi keuangan ayahnya. Apalagi sudah beberapa tahun terakhir ibunya terkena penyakit yang mengakibatkan buta, membuat keluarganya makin menderita.
Sarmidi tidak tahu jika rumah yang merupakan satu-satunya harta keluarganya sudah dijual untuk membiayai proses hukum yang tengah menimpanya. Adik-adik Sarmidi kini terpaksa tidak melanjutkan sekolah lagi karena tak ada lagi biaya.
Luka di tubuh Sarmidi yang diduga akibat disiksa polisi sudah tidak berbekas lagi. Namun luka di batinnya tak akan pernah sembuh, sebelum dia bebas dan dapat kembali bekerja membantu ayah, ibu dan adik-adiknya.
"Dia hanya ingin segera bebas, dan bekerja lagi untuk membiayai kehidupan kami sekeluarga," tambah Kasdi menirukan perkataan Sarmidi. Sebelum ditangkap polisi, Sarmidi bekerja di sebuah pabrik Kayu di Demak.
Sarmidi mengaku dijebak atas kepemilikan narkoba oleh seorang temannya yang bernama Afianto, seorang polisi di Semarang. Sarmidi ditangkap tanggal 12 Desember 2011 dan divonis oleh Pengadilan Negeri Semarang atas narkoba yang, menurut Kasdi, bukan milik anaknya.
Kasdi mendatangi gedung Mahkamah Agung untuk mengajukan kasasi bagi Sarmidi atas dakwaan kepemilikan narkoba. Malang nasib Kasdi. Setelah menjual sepeda ontel dan ayamnya untuk membeli tiket kereta ekonomi dari Demak ke Jakarta, ia dan keluarganya tidak diperbolehkan masuk ke gedung MA oleh petugas keamanan.
Alasannya, Kasdi tidak memakai sepatu dan kemeja. Kasdi yang berjalan kaki dari Stasiun Pasar Senen ke gedung MA itu memang hanya memakai sandal jepit.