Rakyat Rindu Pak Harto

Author : Teddy Oktavianto | Sabtu, 16 November 2013 14:41 WIB

Ada fenomena tentang sebuah rasa rindu akan sosok pemimpin yang “benar-benar” pemimpin di mata rakyat. Hal ini tergambar jelas pada sosok Presiden Era Orde Baru. Ya, Presiden Soeharto. Akhir-akhir ini masyarakat tentu tak asing lagi dengan gambar Pak Harto tersenyum dengan melambaikan tangan dan tulisan yang terpampang jelas di bak truk dalam bahasa jawa yang berbunyi “Piye Kabarmu Le, Penak Jaman ku ,toh?” (Gimana Kabarmu Nak, Masih Enak Zamanku, Toh?), jelas sekali merepresentasikan kebosanan rakyat atas pemerintahan saat ini.

Terlepas dari sisi buruk yang dilakukannya, citra Pak Harto dikalangan rakyat menengah bawah masih sangat lekat dan terasa. Presiden masa Orde Baru ini telah berhasil mensejahterakan rakyat. Mereka (rakyat) sampai saat ini merasa belum ada pemimpin yang memiliki karakter seperti Pak Harto. Walaupun pada akhir karir politiknya, Soeharto mendapatkan banyak gunjingan dan hinaan dari berbagai kalangan termasuk dari para kroni-kroninya sendiri. Sosok ini masih fenomenal dan terbaik dikalangan masyarakat kecil.

Pascareformasi, masalah yang ada di bangsa Indonesia ini kian hari seolah semakin rumit dan tidak pernah menemukan ujung. Misalnya, semakin masifnya permasalahan korupsi, menjamurnya mafia hukum, anarkisme, terorisme, kekerasan yang mengatasnamakan agama dan lain sebagainya.

Permasalahan itu pastinya berpengaruh pada pamor bangsa di mata internasional yang pelan-pelan memudar. Dengan demikian, tak heran jika banyak masyarakat yang merindukan sosok Soeharto. Sisi baik dari kepemimpinan ingin kembali dimunculkan untuk mengatasi banyakknya permasalahan yang tak kunjung usai. Hal ini dikarenakan masyarakat sedang dalam krisis kepercayaan terhadap para pemimpin.

Keberhasilan Soeharto

Teriakan-teriakan rakyat kecil yang saat ini yang tidak terlalu digubris oleh pemimpin menjadikan mereka rindu akan sosok Soeharto. Suara yang menyejukkan tentang Bapak Pembangunan ini muncul lantaran tidak ada pemimpin pada masa reformasi hingga saat ini yang menorehkan hasil yang cukup memuaskan seperti masa Soeharto.

Keberhasilan Soeharto yang dirasakan oleh rakyat antara lain perbaikan dan menumbuhkan perekonomian. Diakhir pemerintahan Soekarno, Indonesia mengalami inflasi. Akibatnya, harga bahan pokok melesat tinggi hingga ekonomi Indonesia berantakan. Strategi yang digunakan Soeharto saat itu adalah dengan menunjuk orang yang disebut dengan “Mafia Berkeley”, yaitu para ekonom yang cenderung “kebarat-baratan” untuk mengatasi krisis ekonomi ini sukses meningkatkan ekonomi Indonesia, sehingga dapat terhindar dari inflasi dan keterpurukan ekonomi.

Kemudian kita juga pernah mendengar kesuksesan tentang Swasembada Pangan. Pada tahun 1980-an, Indonesia berhasil swasembada pangan hingga menembus angka 25,8 juta ton beras. Hasil yang cukup fantastis itu berhasil menyulap Indonesia sebagai pengimpor beras terbesar di dunia, menjadi bangsa yang surplus beras.

Selain itu, pada saat kempemimpinannya, beliau mampu mengendalikan keamanan dan ketertiban sosial. Misalnya, kekerasan antar agama yang dapat mengganggu jalannya pemerintahan. Tidak adanya demo yang anarkis yang saat ini sering terjadi hingga membuat masyarakat resah dan gelisah karena toleransi masih sangat dihargai dan terkoordinasi dengan pihak keamanan. Dan yang paling dirasakan rakyat saat itu adalah harga bahan pokok yang murah. Fluktuasi harga bisa dibatasi. Berbeda dengan saat ini, harga bahan pokok tidak menentu.

Kritik dan Harapan

Masa-masa itu menunjukkan keperkasaan kepemimpinan Soeharto atas segala keberhasilannya. Pada masa kepemimpinannnya, ia telah menunjukkan suatu prestasi yang gemilang, walaupun terdapat kekurangan yang perlu dibenahi.

Ironisnya, masa reformasi yang seharusnya membenahi kekurangan pada zaman Orde Baru malah berbalik arah. Bukan sebuah prestasi yang didapat namun seolah kekurangan tersebut ditambah. Demokrasi yang dieluh-eluhkan hingga dapat menutupi kekurangan di era Pak Harto kian salah kaprah. Begitu pula sistem demokrasi dengan pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat sudah dijalankan, akan tetapi hingga saat ini tidak membawa perubahan yang berarti.

Sesungguhnya kerinduan terhadap pemerintahan Soeharto juga dapat dimaknai sebagai sebuah kritik terhadap pemimpin saat ini. Kebanyakkan pemimpin saat ini adalah orang-orang yang vokal pada saat reformasi. Mereka yang dulu mengkritik masa Orde Baru dan menawarkan “janji-janji” baru yang menggiurkan bagi rakyat untuk memilih mereka sebagai pemimpin. Tak sedikit pula janji hanya sekedar janji. Apalagi menjelang pemilu 2014, menawarkan “janji-janji” sudah menjadi sebuah tradisi. Setelah benar-benar dipilih oleh rakyat janji itu hanyalah isapan jempol belaka.

Berbeda dengan Soeharto yang tidak banyak bicara dan lebih suka bekerja. Beliau sangat berambisi menghasilkan sesuatu yang nyata bagi bangsa Indonesia. Kerinduan akan sosok Pak Harto juga bermakna sebagai harapan terhadap pemimpin yang baru yang bisa mengatasi krisis kepemimpinan dan kepercayaan. Pemimpin yang tegas, berani, banyak bekerja, prorakyat dan bertanggung jawab sangat dirindukan.

Pada dasarnya semua orang berhak menjadi pemimpin. Tetapi, kursi presiden bukanlah tempat yang tepat untuk mencari kebanggaan diri atau mengaktualisasikan diri. Rasa rindu yang masih multi tafsir ini sebenarnya sebuah kritik dan harapan masyarakat terhadap pemimpinnya. Kesuksesan saat Orde Baru dijadikan acuan karena masyarakat kecil belum sampai merasakan kesejahteraan seperti saat dipimpin oleh Soeharto.

Harapan masyarakat dapat melahirkan sosok Soeharto sebagai pemimpin yang tegas dan memikirkan rakyatnya serta membuang jauh-jauh keburukan yang dilakukannya dulu. Indonesia harus bangkit dari keterpurukan dan julukan Macan Asia akan kembali disematkan kepada Indonesia. Oleh karena itu, kerinduan terhadap Soeharto bukan sebuah kerinduan yang tidak tahu diri dan tidak mengerti seluk beluk sejarahnya. Kerinduan akan sosok pemimpin yang bisa mensejahterakan rakyatnya. Apalagi rakyat kecil banyak yang tidak tahu tentang politik, mereka hanya ingin hidup makmur.

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: