Salah satu kapal imigran gelap (ilustrasi). |
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Rusia menyerukan agar Eropa membuat model operasi terencana untuk mengatasi penyelundupan imigran Libya. Tindakan merusak kapal penyelundup dinilai terlalu ekstrem dilakukan.
Dilansir Reuters, Jumat (8/5), Inggris, Prancis, Lithuania dan Spanyol telah menyusun resolusi untuk mengotorisasi intervensi di laut lepas. Intervensi itu diberlakukan di wilayah perairan dan darat Libya.
Duta PBB dari Rusia, Vitaly Churkin tindakan intervensi tersebut terlalu jauh. Menurutnya, penghancuran kapal dan perahu berpeluang menimbulkan masalah hukum.
Sebelumnya, Resolusi Dewan Keamanan PBB mengesahkan operasi anti-pembajakan yang isinya memperbolehkan tindakan menyita dan membuang perahu, kapal, senjata, dan peralatan terkait lainnya yang digunakan dalam pembajakan dan perampokan.
Menurut badan pengungsi PBB, Sekitar 1.800 imigran telah tewas di Mediterania tahun ini. Sebanyak 51.000 imigran memasuki Eropa melalui laut, sementara 35 ribu imigran lain masuk lewat Italia.
Para imigran tersebut menghindari kemiskinan di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Pemerintah Libyatelah turun ke dalam kekacauan yang terjadi selama hampir empat tahun setelah jatuhnya Muammar Gaddafi, tersebut.
Seperti diketahui, konflik di Libya masih berlangsung hingga saat ini.
Beberapa pihak dalam pemerintahan saling bersaing untuk berebut kekuasaan di negara penghasil minyak tersebut.