Dosen UMM: Indonesia Diprediksi Peringkat Enam Diabetes Terbanyak 2030

Author : Humas | Rabu, 05 April 2023 03:45 WIB
Dosen UMM menyarankan perbanyak konsumsi sayur dan buah (Foto: Istimewa)

Mudahnya layanan pesan antar aneka makanan dan juga paket diskon dari restoran memudahkan masyarakat untuk menikmati makanan yang diinginkan. Misalnya saja aneka makanan dan minuman kekinian seperti boba, kopi susu, makanan cepat saji, roti manis, hingga kue kekinian. Fenomena itu pula yang menarik perhatian Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ns. Zaqqi Ubaidillah, M.Kep., Sp.Kep.MB.

Menurutnya, makanan dan minuman manis yang turin dikonsumsi dalam jangka panjang bisa memicu obesitas. Kemudian berujung pada penyakit diabetes. Adapun diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan atau menggunakan hormon insulin secara efisien. Padahal hormon sangat penting karena berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

Baca juga: Kerjasama Prodi Informatika UMM dan Perusahaan IT Belanda Lahirkan Ngaji.AI

Peluang menderita diabetes meningkat karena minuman berglukosa tinggi meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Selain itu juga menyebabkan toxic glukosa yang dapat merusak sel beta pankreas. Sementara sel ini memiliki tugas penting untuk mengeluarkan insulin.

"Selain diabet, makanan atau minuman yang tinggi gula juga dapat merusak endotel pembuluh darah yangg dapat mengakibatkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah," kata perawat spesialis medikal bedah UMM itu. 

Zaqi, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa potensi penyakit diabetes kini semakin meningkat. Bahkan menurut penelitian dari dari International Diabetes Federation, diprediksi pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi peringkat 6 negara dengan penderita diabetes terbanyak. 

Menurutnya, kebiasaan jajan minuman kekinian tersebut kian tak sehat apabila ditunjang pola makan tinggi kalori. Di antaranya nasi goreng, mi goreng, nasi uduk, nasi padang, makanan cepat saji, dan makanan berpengawet lainnya. Pun dengan kebiasaan menambah rasa dan toping pada makanan dan minuman. 

“Tak cuma kopi dan boba, aneka minuman kemasan, termasuk jus dan minuman berkarbonasi lainnya juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa,” tegasnya.

Baca juga: Fisioterapi UMM Kirim Sederet Mahasiswa Magang dan Pertukaran Pelajar ke Negeri Jiran

Meski demikian, ini tak berarti masyarakat tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman favorit. Selama tidak rutin dan bsia membatasi, Zaqi mengatakan bahwa mencoba dan mencicipi makanan kekinian diperbolehkan asal sesuai takaran.

Ia juga mengajak masyarakat untuk memahami kandungan yang ada di dalam berbagai makanan. Salah satu caranya dengan membaca kandungan nilai gizi yang tertera di kemasan. Dengan begitu, mereka bisa mengatur makanan apa saja yang bisa dimakan secara rutin dan makanan mana saja yang harus dibatasi.

“Sebaiknya masyarakat memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Pun dengan minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, serta teh tanpa gula,” pungkasnya. (sep/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image