Fitness dan Gym Tanpa Personal Trainer? Begini Kata Dosen UMM

Author : Humas | Senin, 13 Maret 2023 07:28 WIB
Kegiatan Fitness dan Gym yang dilakukan Oleh Orang-orang. (Foto: Istimewa)

Olahraga fitness dan gym menjadi primadona belakangan ini. Selain bermanfaat untuk kesehatan, olahraga satu ini banyak diminati karena memberikan hasil yang siginifikan dalam membentuk tubuh. Bagi pemula, biasanya akan direkomendasikan menggunakan Personal Trainer (PT) untuk awal latihan.

Sayangnya, harga pendampingan PT yang mahal membuat banyak orang akhirnya memilih untuk melakukan fitness sendiri. Kaprodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dimas Sondang Irawan, SST.Ft., M.Fis., Ph,D. meyampaikan bahwa hal ini tidak disarankan. Fitness dan gym memang memerlukan trainer untuk mengurangi kemungkinan cedera. 

Adapun fitness dan gym berbeda. Gym merupakan latihan menggunakan beban, sementara fitness lebih pada kebugaran yang dapat dilakukan tanpa beban. Walau ada perbedaan signifikan antara keduanya, namun tetap saja fitness membutuhkan PT terutama bagi pemula.

Baca juga: Mahasiswa Kesos UMM Berdayakan Janda Desa Pandansari lewat Program PHP

“Personal trainer disini dapat membantu untuk memberikan pemahaman mengenai manfaat dan tujuan, pemberian dosis latihan dan resiko cedera yang kemungkinan terjadi. Pun dengan penanganan awal jika sewaktu-waktu terkena cedera,” jelasnya.

Salah satu resiko cedera yang terjadi bagi pemula fitness dan gym tanpa PT adalah delayed onset muscle soreness (DOMS). Yaitu munculnya rasa nyeri setelah melakukan latihan. Ini biasanya terjadi 12-24 jam setelah berolahraga. Resiko cedera tersebut rentan terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai repetisi dan beban sesuai batas kemampuan. Apalagi biasanya pemula tidak sabar untuk bisa segera mendapatkan tubuh yang ideal hingga akhirnya memaksakan diri.

Baca juga: PBA UMM Semarakkan Pembelajaran Bahasa Arab lewat Alepo

“Fitness sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun dengan rentan usia berapapun. Bahkan lebih baik sudah dilakukan sejak masih kanak-kanak.  Seperti yang kita ketahui, anak-anak sekarang lekat  dengan teknologi yang membuat aktivitas fisiknya berkurang drastis,” tutur Dimas.

Hal yang sama juga terjadi pada orang dewasa. Banyak masyarakat yang merasa telah cukup berolahraga lantaran aktivitas fisiknya tinggi. Sayangnya, persepsi tersebut tidak benar karena tubuh manusia membutuhkan maintenance yang jelas dan fitness memberikannya dengan baik.

“Sedikit pesan untuk tenaga kesehatan maupun mahasiswa kesehatan. Tugas kita adalah memberikan edukasi ke masyarakat terkait hal mana yang salah dan mana yang benar dalam kesehatan. Sehingga kesalahpahaman tidak terjadi dan mereka sadar untuk menjaga kebugaran tubuhnya,” pungkasnya. (nia/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image