Mahasiswa Bahasa Indonesia UMM Lulus tanpa Skripsi. (Foto : Istimewa) |
Berupaya berikan bekal komperehensif untuk lulusannya, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memastikan mahasiswanya memiliki keahlian ekstra. Melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mereka diajari keahlian di luar akademik yang memberikan nilai tambah dan kompetensi. Bahkan ada ratusan mahasiswa yang lulus tanpa skripsi berkat program tersebut.
“Jadi ada tiga program yang kami berikan. Mulai dari pertukaran mahasiswa, magang, hingga menjadi asisten mengajar di sekolah,” ujar Kepala Program Studi PBSI, Arif Setiawan, S.Pd., M.Pd.
Baca juga : Reproduksi Mamalia hingga Seleksi Sperma, Begini Paparan Dua Profesor Spanyol di UMM
Pada pertukaran mahasiswa, Arif menyebutkan bahwa mahasiswa boleh memilih universitas manapun. Ini menjadi peluang mereka untuk merasakan iklim kampus yang berbeda, dengan tantangan dan pengalaman yang istimewa. Sedangkan untuk magang, karena konsepnya diluar keguruan, PBSI UMM telah bekerjasama dengan instansi, lembaga atau perusahaan yang masih berhubungan dengan jurusan. Termasuk di dalamnya industri penerbitan.
“Magang itu konsepnya di luar keguruan. Jadi mahasiswa diajarkan tentang kewirausahaan salah satunya melalui Center of Excellence (CoE) Entrepreneur Perbukuan yang bekerjasama dengan perusahaan penerbitan. Sementara itu, asisten mengajar lebih fokus untuk menguatkan profil utama lulusan sebagai guru,” tandas Arief.
Ia juga menjelaskan bahwa implementasi program MBKM ini dinilai sangat membantu mahasiswa. Selain mendapatkan ilmu dan pengalaman di luar kampus, mereka juga bisa menyelesaikan tugas akhir dengan tepat dan cepat.
Baca juga : Warganet Bisa Pengaruhi Putusan Hakim? Begini Kata Dosen UMM
“Peluang-peluang MBKM yang disediakan oleh prodi PBSI ini juga memberikan kesempatan mahasiswa untuk membuat luaran atau laporan. Data-data tersebut bisa dijadikan sebagai tugas akhir. Sehingga bisa lulus tanpa skripsi karena sudah diekuivalensi. Seperti halnya magang di penerbitan, di mana mereka menyusun buku bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum merdeka,” tambahnya.
Kegiatan-kegian tersebut bisa dijadikan scriptprenuer yang diarahkan ke penelitian pengembangan. Untuk asisten mengajar, bisa mengumpulkan data sebanyak mungkin terkait studi kasusnya. Dari studi kasus tersebut, hasilnya dapat dijadikan untuk menulis artikel dan dipublikasikan ke jurnal Sinta 3.
“Pada intinya, mahasiswa yang mengikuti program MBKM ini bisa dipastikan siap untuk mengikuti ujian akhir. Jadi selain mengikuti magang, mereka juga dituntut untuk mampu menyuguhkan data untuk studi kasus atau pengembangan. Dengan berjalannya MBKM ini, ratusan mahasiswa PBSI mampu lulus tanpa skripsi dalam kurun waktu satu tahun,” tambahnya. (wil)