Peduli Budaya Lokal, PBSI UMM Gelar Seminar Kebudayaan Jawa

Author : Humas | Selasa, 16 Januari 2018 13:16 WIB

 

Salah satu pemateri, Yusro Edy Nugroho memaparkan tentang Literasi Budaya. (Foto : Rino)

Selasa (16/1) Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Seminar Kebudayaan Jawa. Pada seminar kali ini Prodi PBSI mengangkat tema yaitu “Budaya Jawa Dalam Tantangan Globalisasi & Pengembangan Pendidikan”.

Hadir pada kesempatan kali ini dua pemateri yang sangat kredibel di bidangnya, yakni budayawan sekaligus dosen Program Studi Sastra Jawa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Yusro Edy Nugroho serta dosen Program Studi PBSI Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Eggy Fajar Andalas.

Dekan FKIP Poncojari Wahyono menyambut baik Seminar Kebudayaan Jawa kali ini. Menurutnya, budaya sangat penting bagi sebuah negara. Ia juga menambahkan saat ini budaya memiliki dua makna, yang pertama makna budaya itu sendiri dan yang kedua adalah makna finansial.

“Negara yang sukses memanfaatkan makna finansial dari sebuah budaya ialah Korea Selatan yang kini menguasai industri hiburan dengan latar budaya mereka,” ujar Poncojari.

Dalam materi bertema literasi budaya, Yusro Edy Nugroho memaparkan pentingnya menghargai dan melestarikan budaya bangsa Indonesia. Menurutnya bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai bahasa dan budayanya. Yusro juga menambahkan kunci untuk melestarikan budaya ialah membaca dan menulis.

“Membaca budaya berasal dari budaya membaca, menulis budaya berasal dari budaya menulis dan literasi budaya berasal dari budaya literasi,” ungkap Yusro.

Dalam konteks yang lebih spesifik, pemateri kedua, Eggy Fajar Andalas memaparkan filosofi dari cerita Panji Asmorobangun dengan Putri Sekartaji serta kaitannya dengan masa kini dan globalisasi. Menurutnya cerita tersebut sangat autentik dengan budaya Jawa, tidak seperti Ramayana dan Mahabaratha yang berlatar cerita India. Selain itu, identitas budaya Jawa pada cerita Panji Asmorobangun dengan Putri Sekartaji disebutnya juga sangat kompleks.

“Mulai dari ketokohan Panji, sistem religiusitas, simbol watak manusia hingga struktur sosial dalam cerita tersebut menggambarkan bagaimana orang Jawa yang sesungguhnya,” pungkas Eggy. (iel/sil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image