Penerimaan sertifikat gelar Doktor oleh Dr. Faizin, M.Pd (Foto: Arvin Humas). |
Upaya internasionalisasi bahasa Indonesia sangatlah penting. Maka peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) perlu dilakukan. Maka dari itu, Dr. Faizin, M.Pd. telah mengembangkan dan meneliti terkait model konfigurasi sistemis berbasis digital pada pembelajaran BIPA. Dosen UMM itu menyampaikan hal tersebut dalam ujian terbukanya pada 21 Juni lalu.
Hasil pengembangan produk dalam penelitian tersebut berupa model pembelajaran konfigurasi sistemis berbasis digital yang memuat beberapa perangkat pembelajaran. Di antaranya buku ajar BIPA Mentari Indonesia, lembar kerja mahasiswa, buku pedoman dosen, buku pedoman penilaian, RPS dan Silabus.
Baca juga : UMM Kirim Sapi sebagai Hewan Kurban di Lapas Malang
Menurut Faizin, ada beberapa keunggulan model ini. Salah satunya yakni pengembangannya yang mempertimbangkan faktor karakteristik pembelajar daru berbagai negara berbeda. Selain itu juga melihat tingkat penguasaan para penutur asing tersebut. Model ini juga dikembangkan dari model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan BIPA. Kemudian yang ketiga yakni menghasilkan kegiatan pembelajaran yang terarah, fokus pada penguasaan dan peningkatan keterampilan berbahasa, serta dilaksanakan secara bertahap. “Berdasarkan skor empat kevalidan yang ditetapkan BNSP,model ini sangat valid,” tegasnya.
Berdasarkan penelitiannya, ada peningkatan signifikan dalam penilaian hasil belajar pada empat aspek terkait, yakni menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.Hal ini berarti model pembelajaran ini efektif digunakan untuk mahasiswa BIPA.
Baca juga : Properti SHGB Lebih Murah? Begini Penjelasan Dosen UMM
Lebih lanjut, Faizin menegaskan bahwa pada dasarnya model pembelajaran konfigurasi sistemis berbasis digital yang dikembangkan dalam Penelitiannya hanya diperuntukkan untuk proses pembelajaran dalam program BIPA. Namun demikian, model tersebut dapat juga diterapkan dalam proses pemerolehan bahasa asing lain. Misalnya saja Bahasa Inggris yang diajarkan di lingkungan sekolah jenjang SMP dan SMA. Namun, perlu adanya penyesuaian dengan karakteristik siswa dan materi bahasa terkait.
“Model pembelajaran yang berhasil saya kembangkan diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan dukungan terhadap program BIPA. Dengan begitu, tujuan menginternasionalisasi bahasa Indonesia dapat lebih cepat terwujud. Dukungan dari pemerintah dapat berupa penetapan kebijakan yang memfasilitasi kebutuhan pengembangan program BIPA. Atau pun juga dukungan anggaran untuk menambah fasilitas pembelajaran,” katanya mengakhiri. (wil)