Rektor UMM di Markplus: Perguruan Tinggi harus Adaptif dan Atraktif

Author : Humas | Jum'at, 20 Mei 2022 08:55 WIB
Rektor UMM Dr. Fauzan M.Pd. yang mengenalkan CoE di agenda Markplus goes to Campus. (Foto: Istimewa)

Perguruan tinggi (PT) di Indonesia harus adaptif untuk menyongsong generasi emas tahun 2045 dan atraktif dalam proses pembelajaran. Harus memberikan jaminan kelulusan dan pekerjaan pada mahasiswanya. Hal itu disampaikan Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. saat menjadi salah satu narasumber di talkshow Markplus Institute Goes to Campus. Adapun agenda itu dilangsungkan secara daring melalui Zoom dan Youtube pada Sabtu (14/5) lalu.

Dalam menjawab tantangan tersebut, Fauzan menjelaskan bahwa UMM sudah membuat inovasi konkret yang disebut dengan Centre of Excellence (CoE) di setiap program studi (Prodi) milik Kampus Putih. Pihaknya juga telah membentuk kelas Unggulan yang memiliki potensi tinggi di berbagai pekerjaan.

“Pada kelas tersebut pula, kami telah bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) agar mahasiswa lebih memahami cara kerja profesional. Kami membentuk dua kelas yaitu kelas kewirausahaan dan kelas profesional yang nantinya akan direkrut langsung oleh perusahaan,” jelas rektor asal Kediri tersebut.

Lebih lanjut, selain memberikan jaminan pekerjaan pada mahasiswa, CoE juga berguna untuk menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang bisa langsung bekerja secara profesional di perusahaan. Menariknya, program Kampus Putih tersebut tidak hanya ditujukan kepada mahasiswa satu prodi atau UMM saja, tapi juga untuk mahasiswa prodi lain bahkan kampus lain.

“Kami menampung minat semua mahasiswa di bidang-bidang CoE yang telah kami kembangkan. Melalui CoE ini saya ingin memproyeksikan UMM tak hanya sebagai penggerak perubahan tetapi juga sebagai pemimpin suatu perubahan, utamanya dalam dunia pendidikan di Indonesia,” kata Fauzan.

Ia mengungkapkan bahwa pengerjaan tugas akhir di UMM telah dibuat dalam berbagai skema. Dengan banyaknya pilihan  skema tersebut, mahasiswa dapat mengerjakan tugas akhir sesuai minat dan bakatnya masing-masing. “Selain itu kami juga memperbolehkan mahasiswa untuk mengerjakan tugas akhirnya sejak dini yaitu pada semester dua maupun empat,” pungkasnya mengakhiri.

Selain Fauzan, rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Arif Satria dan juga Executive Director iTrain Asia Pte Ltd Dato' Eric Ku juga turut mengemukakan gagasannya pada acara tersebut. Di sisi lain, Founder and Chairman MarkPlus.Ink, Hermawan Kartajaya, mengatakan bahwa perguruan tinggi di Indonesia harus melakukan inovasi terkini. Utamanya dalam rangka menyambut dan mengejar tahun 2030 sebagai jembatan untuk menuju tahun 2045. Menurutnya, jika Indonesia gagal di tahun 2030, maka akan sulit untuk membangun SDM unggul di 2045.

“Pada masa pandemi seperti ini, jika kita tidak memanfaatkannya dengan baik maka kita akan mati. Untuk menghadapinya, perguruan tinggi harus memiliki delapan elemen utama yaitu kreativitas, inovasi, kewirausahaan, kepemimpinan, produktifitas, profesionalisme, dan manajemen.  Hal yang terpenting adalah kita harus adaptif dan atraktif untuk dapat membentuk gen Z sebagai SDM yang unggul,” ucapnya mengakhiri. (syi/wil)

 

Penulis: Syifa Dzahabiyyah | Editor: Hassanalwildan Ahmad Zain

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image