Seminar Internasional Berbahasa Indonesia di UMM Kaji Glokalisasi dan Sosial Politik

Author : Humas | Kamis, 21 November 2024 09:07 WIB
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UMM hadirkan pembicara internasional dalam seminar berbahasa Indonesia bertajuk ‘Globalisasi sebagai Peluang dan Tantangan Sosial Politik Kontemporer’ (Foto : Zafira Humas)

Beragam pembicara internasional dan akademisi lintas budaya hadir dalam seminar internasional berbahasa Indonesia bertajuk ‘Glokalisasi sebagai Peluang dan Tantangan Sosial Politik Kontemporer’ yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 20 November lalu. Beberapa di antaranya juga berkesempatan membagikan pandangan mereka terkait bagaimana globalisasi memengaruhi konteks lokal di berbagai aspek, termasuk budaya, politik, dan media sosial.  

Ada sederet pembicara utama yang memberikan perspektifnya dalam agenda itu. Misalnya Mohammed Bosha dari International University of Africa yang membahas pentingnya menepis stereotip budaya yang seringkali melekat pada benua Afrika. Menurutnya, Afrika adalah benua yang kaya akan keragaman budaya dan inovasi, bukan sekadar cerita konflik dan krisis. 

Baca juga : Jadi Wisudawan Berpestasi UMM berkat Pengalaman Golf dan Exchange Internasional

"Upaya glokalisasi memberikan peluang untuk memperkenalkan sisi lain Afrika yang penuh potensi dan kedamaian. Maka stereotip yang biasanya ditujukan pada kami, harus dihilangkan," jelasnya.  

Sementara itu, Grady Ryan Mitchell dari California State University San Marcos mengulas perbandingan sistem demokrasi di negaranya dengan Indonesia. Ia menyoroti bagaimana demokrasi di era global mengalami transformasi besar akibat pengaruh media dan teknologi. Menurutnya, demokrasi di Indonesia memiliki dinamika yang unik, di mana pengaruh lokal dan global saling bertemu. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang untuk memperkuat sistem politik yang ada.  

Sedangkan Annisa R. Beta dari University if Melbourne juga turut menyoroti perubahan identitas generasi muda akibat perkembangan media sosial. Ia menjelaskan bagaimana platform media sosial seperti Instagram dan TikTok tidak hanya menjadi tempat berbagi, tetapi juga membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat, khususnya perempuan muda. 

“Media sosial menjadi ruang negosiasi identitas di era modern, di mana budaya lokal tetap dapat bersinar meski dalam konteks global. Ini juga menjadi peluang yang bisa kita maksimalkan," ujarnya menegaskan.

Baca juga : Dukung Program Makan Gratis, Tim UMM Ajari Siswa SMK Rawat Pedet Perah

Adapun seminar tersebut merupakan bagian dari program tahunan FISIP UMM yang dilaksanakan sejak 2022 lalu. Ini juga sebagai upaya membangun dialog lintas budaya dan mempromosikan pemahaman terhadap isu-isu global. Wakil rektor IV UMM, Muhamad Salis Yuniardi, M.Psi, Ph.D. menekankan bahwa glokalisasi adalah fenomena yang harus disikapi dengan bijak. “Glokalisasi bukan hanya tantangan, tetapi peluang bagi kita untuk tetap relevan di dunia yang terus berubah sambil menjaga kekayaan budaya lokal kita,” tegasnya.  

Acara ini diakhiri dengan sesi diskusi interaktif yang melibatkan peserta seminar untuk membahas langkah strategis menghadapi glokalisasi. Dengan semangat kolaborasi dan inklusivitas, diharapkan seminar ini dapat menjadi inspirasi bagi akademisi dan masyarakat dalam menghadapi tantangan era modern. (vin/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image