dr. Pamela Sumarauw, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (Foto : Istimewa) |
Lalapan atau penyetan menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Termasuk Malang yang menjadi kota dengan ratusan ribu pendatang dan mahasiswa. Lalapan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun seberapa besar kandungan gizi yang ada serta efek negatifnya?
Menanggapi hal ini, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (FK UMM), dr. Pamela Sumarauw menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan lalapan setiap hari dapat menimbulkan dampak yang kurang baik.
“Mayoritas menu yang disajikan di lalapan adalah makanan yang diolah dengan proses menggoreng menggunakan minyak. Hal ini akan memunculkan zat atau kandungan yang kurang baik untuk tubuh jika dikonsumsi sehari-hari,” jelas Pamela, sapaan akrabnya.
Sebutan lalapan di Malang tak lepas dari sederet sayur yang disajikan bersama dengan lauk utama. Ada ayam, lele, bebek, dan lainnya. Jika dilihat secara sekilas, makanan tersebut sehat-sehat saja. Ada sumber karbohidrat dari nasi, protein dari ikan atau ayam, hingga mineral dan vitamin dari sayuran. Sayangnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya nutrisi gizi. Yakni cara pengolahan, porsi makan, serta kebersihan.
Baca Juga : Anas, Wisudawan UMM yang Jadi Atlet Balap hingga Berbisnis Kopi
“Kita ambil contoh minyak yang digunakan menggoreng berulang kali. Hal itu akan menghasilkan kandungan lemak jenuh atau lemak jahat yang berbahaya bagi tubuh. Pun dengan porsi nasi yang berlebihan akan berkontribusi pada lonjakan kandungan gula. Kebersihan sayuran mentah juga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit,” jelasnya.
Pamela melanjutkan, makanan yang mengandung tinggi lemak dan tinggi karbohidrat akan meningkatkan kadar kalori serta meningkatkan resiko obesitas. Hal itu juga meningkatkan potensi terjangkit penyakit-penyakit kronis seperti jantung koroner, hipertensi atau darah tinggi, diabetes, hingga kanker.
Baca Juga : Permudah layanan, Teknik Informatika UMM Gunakan AI dan Chatbot
Dengan demikian, Pamela menegaskan bahwa mengonsumsi makanan lalapan setiap hari tidaklah dianjurkan. Alangkah lebih baik jika masyarakat mengurangi porsi dan membatasinya. Pun dengan menambah variasi makanan lain yang dari segi pengolahan lebih sehat seperti direbus, dikukus, atau dibakar.
“Sebagai upaya mengimbangi, sebaiknya lakukan olahraga rutin minimal 150 menit dalam satu minggu atau 2-3 kali seminggu. Menjaga pola tidur 7-8 jam sehari dan asupan vitamin serta mineral yang baik bagi tubuh juga dianjurkan,” tutupnya. (Lib/Wil)