Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Probo Yudha Pratama Putra.
SURYAMALANG.COM |MALANG - Penggunaan makanan tertentu dengan menggunakan minyak jelantah menarik perhatian Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Probo Yudha Pratama Putra.
Ia mengatakan hal itu bisa memberikan dampak pada kesehatan.
Misalkan deposisi sel lemak yang terjadi di usus halus, pembuluh darah, jantung, dan liver.
"Penyakit yang pertama muncul akibat mengkonsumsi minyak jelantah disebut dislipidemia atau bahasa awamnya kolesterol," jelas Probo dalam rilis humas UMM beberapa waktu lalu.
Dikatakan, mengonsumsi makanan yang dimasak dengan minyak jelantah akan meningkatkan lemak jenuh atau jahat yang sulit dimetabolisme oleh tubuh.
Selanjutnya dislipidemia ini dapat menjadi faktor risiko terhadap munculnya penyakit lain.
Seperti jantung koroner, stroke, fatty liver hingga kanker. Jantung koroner sendiri menyebabkan angka kematian yang tidak sedikit karena ada penyumbatan pada pembuluh darah ke jantung.
Sedang adanya stroke karena adanya lemak menumpuk di pembuluh darah sehingga membuat otak menjadi lumpuh
Sedangkan fatty liver ini diakibatkan akumulasi lemak yang terlalu banyak pada hati sehingga menyebabkan peradangan hati. Dampaknya adalah hepatitis yang berlanjut ke penyakit sirosis dan berujung pada kematian.
"Minyak minyak jelantah juga mengandung bahan karsinogenik yang dapat menyebabkan penyakit kanker," papar Yudha.
Ditambahkan, sesekali mengonsumsi minyak dibolehkan selama dalam batas wajar. Apalagi bagi mereka yang memiliki faktor risiko atau penyakit bawaan.
Sarannya adalah agar mengganti minyak biasa dengan minyak yang sehat atau dengan penggunaan minyak sekali pakai.
Selain itu banyaklah mengkonsumsi makanan makanan yang dapat mengurai lemak yaitu makanan yang mengandung PUFA (polyunsaturated fatty acid) atau MUFA (monounsaturated fatty acid).
Misalnya, alpukat, kacang, canola oil, ikan tuna dan ikan salmon.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk sering mengecek kadar kolestrol. Sehingga ketika terjadi penumpukan atau kadar kolestrol tinggi, maka segera ditangani. Sylvianita Widyawati